Tarian Jawa Barat – Provinsi Jawa Barat yang berada di ujung Pulau Jawa terdiri dari mayoritas Suku Sunda dan memang sudah terkenal dengan peradaban yang tinggi sejak dulu. Ini dibuktikan dari banyak penemuan candi dan prasasti peninggalan Kerajaan Hindu serta Budha di wilayah geografis seperti Kerajaan Sunda Galuh, Tarumanegara dan juga Padjadjaran.
Selain itu, tanah Jawa Barat juga kaya akan berbagai makanan khas, bahasa, alat musik dan tentunya tarian yang juga sangat beragam. Beberapa warisan budaya Jawa Barat Khususnya tarian tersebut yang kali ini akan kami bahas secara lengkap untuk anda.
Isi Artikel
Daftar Nama Tarian Jawa Barat
Tari Kamonesan
Tarian adat Jawa Barat bernama tari kamonesan ini merupakan tarian dari masyarakat Sunda dimana para penari wanita akan membawa bakul atau boboko yang dipakai sebagai properti ketika menari. Dalam pementasannya, tarian ini dilakukan secara berpasangan sekitar 8 orang yang terdiri dari 4 orang pria dan 4 orang wanita menggunakan kostum berwarna cerah seperti biru, merah, hijau dan juga kuning.
Sedangkan untuk para penari pria umumnya memakai kostum berupa celana pangsi lengkap dengan ikat kepala. Untuk perempuan umumnya memakai kebaya lengkap dengan penutup kepala.
Tari Kedok Ireng
Tarian Jawa Barat bernama tari kedok ireng berkisah tentang kehidupan manusia dari dua sisi yakni baik dan buruk. Di dalam pertunjukkannya, tarian ini akan dilakukan 3 orang penari dimana pada awalnya akan duduk bersila di tengah panggung. Para penari yang mengenakan kostum berwarna cerah tersebut kemudian membungkuk dan berdiri namun sudah mengenakan topeng berwarna merah muda.
Tarian daerah Jawa Barat ini akan dilanjutkan dengan kehadiran 7 orang penari dari samping panggung untuk melengkapi formasi tarian. Dengan gerak lentur, para penari akan menari secara berpasangan memakai topeng dan formasi tersebut yang menggambarkan tentang dua sisi dari manusia.
10 penari ini akan terlihat semakin energik sambil sesekali melompat dan melemparkan selendangnya. Di beberapa bagian, penari juga akan melepaskan topengnya sambil berputar sekaligus membentuk formasi untuk menyambut para penonton.
Kedok Ireng sendiri diambil dari 2 kata yakni kedong yang berarti penutup wajah dan juga ireng yang berarti hitam. Jika diartikan menyeluruh, maka tarian ini merupakan gambaran hidup manusia dari sisi baik dan buruk yang akan selalu ada dalam diri manusia.
Tari Wangsa Suta
Tarian tradisional Jawa Barat bernama tari wangsa suta merupakan tarian berkelompok yang juga menjadi tarian tradisional populer di tanah Jawa Barat. Menurut sejarah, tari ini menceritakan tentang pertempuran Wangsa Suta yang dilakukan 7 orang penari pria. Untuk kostum yang digunakan adalah kuning seperti hulu balang dari kerajaan. Busana tersebut juga memperlihatkan desain serta warna dari seni dan tradisi masyarakat Jawa Barat.
Para penari pria tersebut akan dirias untuk mempertegas aksen para penari. Tarian Jawa Barat ini semakin hidup ketika dipertunjukkan diiringi alat musik tradisional gamelan yang terdengar seperti musik tradisional Bali akan tetapi dengan tambahan suling.
Tari Pumamasari
Tari ini terinspirasi dari keberanian Pumamasari yakni putri bungsu Raja Padjajaran dari istri ketujuh-nya. Ketika dipertunjukkan, tarian Jawa Barat ini dilakukan oleh 8 orang yang terdiri dari 4 penari wanita dan 4 penari pria.
Tari tradisional Jawa Barat ini akan diawali dengan gerakan berputar para penari sambil masuk ke panggung seperti akan menyerang antara satu dengan yang lain. Tarian akan dilanjutkan saling berhadapan dan memperlihatkan siapa yang terkuat dari antara mereka dan gerakan saling berhadapan tersebut dilakukan oleh dua kelompok penari.
Tari Panarat
Berbeda dengan tarian Jawa Barat lain yang biasanya menceritakan tentang peperangan, tari panarat ini merupakan bentuk ekspresi kegembiraan dari pemetik teh ketika menjelang pagi. Tarian ini terinspirasi dari kegiatan memetik daun teh yang memang menjadi budaya beberapa daerah di Jawa Barat.
Dalam pertunjukan, tarian dari Jawa Barat ini dilakukan oleh 9 orang penari yang semuanya wanita. Pada awalnya, 4 orang penari akan keluar sambil membawa bakul dan dengan melakukan gerakan perlahan kemudian beranjak dari bakul tersebut lalu memakai topi caping dengan penuh suka cita menyambut datangnya pagi.
Ekspresi dan juga gerakan yang diperlihatkan para penari seakan menceritakan tentang kesiapan mereka untuk memetik daun teh sebagai aktivitas sehari hari yang dilakukan.
Tari Boboko Mangkup
Seperti namanya, tarian Jawa Barat ini identik dengan properti berupa bakul atau boboko besar dimana bagi masyarakat Jawa Barat, ini merupakan wadah atau tempat dari kehidupan ketika terisi dengan nasi maka hidup akan terus berjalan dengan baik. Akan tetapi jika boboko sudah dalam posisi mangkub atau telungkup, maka menggambarkan situasi masyarakat yang sedang kesulitan sehingga masyarakat berupaya untuk menjaga boboko tersebut agar tidak sampai kosong.
Dalam pertunjukan tarian khas Jawa Barat ini umumnya dilakukan 12 orang penari yakni 1 orang penari pria, 5 orang penari wanita dan 6 orang anak anak. Pertunjukan tari akan diiringi dengan alat musik tradisional seperti kecrek, bas elektrik, kecapi laras madenda, kecapi laras salendro, kendang, suling dan juga kolotok serta gong berukuran besar yang membuat pertunjukan semakin istimewa.
Tari Topeng Temenggung
Tari topeng temenggung ini berasal dari Cirebon, Jawa Barat yang menjadi salah satu dari 5 tari topeng Cirebon seperti Tari Topeng Samba, Tari Topeng Panji, Tari Topeng Kelana dan juga Tari Topeng Rumyang yang memiliki karakter berbeda beda.
Untuk tarian Jawa Barat ini bercerita tentang ksatria gagah berani yang sedang berperang dengan angkara murka. Sosok ksatria akan ditampilan Temenggung yakni Adipati dari Magadiraja yang dihadapkan dengan pembuat onar bernama Jinggaanom. Untuk masyarakat Cirebon, tari topeng ini memiliki arti sakral dan juga simbol dari tanggung jawab dimana topeng akan dianggap sebagai jati diri seseorang.
Dalam pertunjukan, gerakan penari akan terlihat tegap namun tetap elegan yang melambangkan ksatria gagah berani sekaligus tangkas. Gerakan punggung dan tangan yang dilakukan sangat tegas sehingga menunjukkan jika tarian ini menjadi lambang ksatria.
Tari Jaipong
Tari jaipong Jawa Barat merupakan tarian yang tercipta tahun 1961 dari Gugum Gumbira. Pada masa tersebut, Presiden Soekarno memang melarang musik rock n roll serta musik barat lain untuk diputar di Indonesia. Untuk itu, para seniman lokal mulai menghidupkan seni tradisi budaya sendiri seperti salah satunya jaipong yang merupakan kombinasi gerakan ketuk tilu, pencak silat serta topeng banjet.
Awalnya, tarian Jawa Barat ini merupakan jenis tari modern yang berbeda dengan tari tradisional Jawa Barat lain. Penari yang umumnya perempuan akan fokus dengan pasangannya sebagai bentuk komunikasi berbeda dengan tradisi Sunda sebelumnya yang lebih memperhatikan sopan santun dan kehalusan para penari sehingga penari perempuan akan menurunkan pandangan dari pasangannya.
Tari Merak
Tari merak yang menjadi nama tarian Jawa Barat selanjutnya ini merupakan kreasi Raden Tjetjep Somantri tahun 1950 dan kemudian dibuat ulang kembali oleh Irawati Durban tahun 1965. Seperti namanya, tarian ini memang terinspirasi dari keindahan warna dan gerak ekor burung merak sehingga banyak yang beranggapan jika tarian ini merupakan bentuk keceriaan dari merak betina meski sebenarnya menceritakan tentang pesona merak jantan.
Para penari akan memakai kostum bermotif seperti bulu merak. Untuk kain dan pakaiannya menceritakan bentuk serta warna bulu merak ditambah dengan selendang penuh payet untuk menggambarkan ekor burung merak yang sedang mengembang dan mahkota berbentuk kepala merak yang disebut siger dan akan bergerak seiring dengan pergerakan para penari.
Tari merak ini biasanya ditarikan secara rampak oleh 3 penari atau lebih yang berperan sebagai merak jantan dan betina. Meski bercerita tentang keelokan merak jantan, namun tari ini dilakukan oleh para penari perempuan.
Tari Topeng Losari
Tari topeng babakan losari atau sering disebut dengan tari topeng losari ini juga menjadi salah satu jenis tari topeng asal Cirebon lebih tepatnya mewakili bagian timur Cirebon. Tarian ni dikatakan lebih unik dibandingkan tari topeng lain sebab dipengaruhi dengan budaya Jawa Tengah.
Tari ini tidak boleh dilakukan sembarangan dan hanya bisa diperagakan oleh keturunan langsung penari topeng losari yang sudah melewati beberapa persyaratan khusus. Selain itu, penari juga harus melakukan ritual seperti mutih, gedang yakni puasa makan pisang, puasa rawit yakni puasa tidak makan dan tidak tidur, puasa sedawuh yakni puasa sampai jam 12 siang dan juga puasa wuwungan yakni dikurung dalam kamar dan tidak diperkenankan orang lain untuk datang.