Tarian Aceh

Tidak hanya mendapat julukan Serambi Mekkah, namun Aceh juga sangat terkenal dari berbagai bidang lain mulai dari makanan hingga kesenian seperti tarian Aceh.

Seni tari menjadi salah satu budaya yang terkenal dari Aceh dan bahkan bisa mewakili seni nusantara bahkan juga dipertunjukkan di berbagai negara dan acara penting.

Seni tari dari Aceh ini memiliki keunikan tersendiri sehingga enak dilihat sekaligus memiliki landasan ideal yang tidak menyimpang dari kepribadian masyarakat Aceh yang terkenal sangat Islami.

Artikel Terkait: Tarian Daerah

Ada begitu banyak tarian dari Aceh yang sangat menarik dan akan kami ulas selengkapnya pada artikel berikut ini.

Nama Tarian Adat Aceh Lengkap Dengan Penjelasannya

  1. Tari Tarek Pukat

Tarian Adat Aceh

Tari Tarek Pukat merupakan salah satu tarian Aceh yang diambil dari kehidupan nelayan pesisir Aceh yakni membuat jaring pukat dan menangkap ikan dengan jaring tersebut. Dalam tarian adat Aceh ini disuguhkan dengan suasana sangat menarik yang sesekali juga terdengar teriakan senang dari para penari.

Tarian ini terbilang sangat unik karena menggambarkan aktivitas nelayan yang akan melaut untuk menangkap ikan. Menurut sejarah, tarian ini memang terinspirasi dari tradisi para nelayan Aceh yang memang sebagian besar profesinya adalah nelayan. Makna singkat dari tarian ini adalah kerja sama serta kebersamaan yang diiringi dengan alat musik tradisional.

  1. Tari Seudati

Tarian Dari Aceh

Tarian dari Aceh bernama tari Seudati ini sebenarnya berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Tari seudati merupakan sebuah tarian yang dinamis penuh dengan keseimbangan dan suasana keagamaan. Tarian Aceh ini sangat digemari dan terkenal di Aceh dimana kostum yang digunakan adalah celana panjang serta kaos songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang, rencong yang disematkan di pinggang, ikat kepala warna merah dan juga sapu tangan berwarna merah.

Umumnya, tari seudati akan dipertunjukkan untuk mengawali permainan sabung ayam dan juga banyak ritual sosial seperti menyambut waktu panen dan bulan purnama. Sesudah Islam masuk, maka terjadi proses akulturasi sehingga menghasilkan tari seudati yang kita kenal sekarang ini.

  1. Tari Bines

Tarian Daerah Aceh

Tarian daerah Aceh bernama tari bines berasal dari Kabupaten Gayo Lues yang umumnya akan dipertunjukan oleh sekelompok wanita. Untuk jumlah penarinya sendiri harus berjumlah genap dari 10, 12, dan angka genap lainnya.

Ciri khas dari tarian Aceh ini adalah tarian yang dilakukan dengan gerakan lambat dan berkembang menjadi cepat sampai akhirnya berhenti secara serentak yang hampir serupa dengan tari saman. Selain itu, para penonton yang ingin memberikan uang juga harus menyimpan uang tersebut di atas kepala penari. Uang tersebut dianggap sebagai pengganti bunga yang sudah diberikan penari ketika akhir acara.

Sedangkan kostum yang dipakai dalam tarian ini terdiri dari baju lukup, kain sarung yang seragam, kain panjang, hiasan di bagian leher dan juga hiasan tangan seperti topong gelang dengan diiringi lagu Jangin Bines.

  1. Tari Didong

Tarian Tradisional Aceh

Tarian tradisional Aceh bernama Tari Didong ini merupakan kesenian kombinasi dari banyak unsur seperti tari, sastra dan vokal. Pada awalnya, tarian ini terbentuk saat seorang seniman bernama Abdul Kadir To’et yang sangat peduli dengan kesenian ini dan akhirnya menjadi kegemaran masyarakat Takengon dan juga Bener Meriah.

Kata Didong dalam tarian Aceh ini berarti nyanyian sambil bekerja dan ada juga yang mengatakan jika didong berasal dari suara musik. Untuk gerakan tariannya dilakukan sambil duduk dan bermain dengan kedua tangan kemudian menyanyikan sebuah lagu sambil menepakan tangan dengan ketukan berbeda seperti pada tari kecak.

Dalam tarian ini tidak memakai alat musik sebab penari akan memberikan nada seperti musik dari mulut mereka. Umumnya, tari ini akan dipertunjukkan apabila ada acara keagamaan dan juga untuk sarana hiburan.

  1. Tari Saman

Tari Tradisional Aceh

Tarian Aceh Saman merupakan tarian khas Aceh yang dulunya merupakan tarian etnis Suku Gayo yang menjadi suku tertua dari pesisir Aceh. Pada saat itu, tari saman digunakan sebagai media menyebarkan agama Islam dan untuk sekarang lebih bersifat hiburan dan sering diperlihatkan dalam festival kesenian mancanegara.

Tarian Aceh ini dimainkan oleh 9 atau bahkan lebih namun harus berjumlah ganjil. Dalam tarian ini, semua penari akan bergerak sangat seragam dan gerakan dianggap sebagai klimaks ketika penari mengangkat tangan mereka ke langit dan memegang tangan teman di sampingnya.

Sementara kostum yang dipakai dalam tarian saman adalah kostum Suku Gayo dan dikendalikan penari pada bagian tengah. Tari saman juga tidak diiringi dengan alat musik lain sebab memanfaatkan suara yang dihasilkan dari tepuk tangan dan mulut mereka. Begitu uniknya tari saman ini, maka tidak heran jika sudah masuk dalam daftar UNESCO.

  1. Tari Laweut Aceh

Tarian Khas Aceh

Tari laweut Aceh merupakan tari daerah Aceh dimana laweut sendiri berasal dari shalawat atau pujian untuk Nabi Muhammad SAW. Tarian ini berasal dari Kabupaten Pidie yang dulu disebut dengan tari seudati.

Tari laweut Aceh umumnya dilakukan 8 orang wanita dan 1 penyanyi dengan syair berupa ayat ayat Islam atau dakwah. Gerakan dalam tarian Aceh ini juga hampir sama dengan tari saman namun ini ditarikan dengan cara berdiri.

  1. Rapai Geleng

Tarian Daerah Aceh

Tarian yang berasal dari Aceh selanjutnya adalah rapai geleng dari Manggeng salah satu daerah di Aceh Selatan yang biasanya akan diperagakan oleh pria. Syair dalam tarian ini bermaksud untuk menanamkan nilai moral pada masyarakat dan pertama kali dikembangkan pada tahun 1965 sebagai sarana berdakwah.

Umumnya, syair yang digunakan dalam tarian Aceh ini merupakan lagu keagamaan. Geleng mengartikan beberapa gerakan penari yang dilakukan sambil menggelengkan kepala ke arah kanan dan kiri yang berirama dan terlihat kompak. Sedangkan kata rapai sendiri berasal dari alat musik yang serupa dengan gendang dan dipakai oleh para penari dan untuk sekarang dikenal dengan sebutan rebana.

  1. Tari Ratoh Duek Aceh

Tarian Adat Aceh

Kata ratoh dalam tarian Aceh ini diambil dari bahasa Arab yang mengartikan rateb. Sedangkan kata duek diambil dari bahasa Aceh yang berarti duduk dan terkadang tarian ini juga disebut dengan ratoh jaroe.

Tarian ini dilakukan oleh 10 orang perempuan atau lebih dengan 2 syahie atau penyanyi. Tari ratoh duek Aceh ini mengisahkan tentang kehidupan sehari hari. Selaras, kompak, tegas dan sifat optimis akan terlihat bersama harmoni para penari yang terus bertepuk tangan sesuai irama.

Untuk gerakannya sendiri hampir sama dengan tari saman. Dalam tarian ini harus dilakukan dengan jumlah penari genap dengan alat musik rebana dan juga lagu berbahasa Aceh yang berbeda dengan tari saman dimana memakai bahasa Gayo.

  1. Tari Pho

Tarian Dari Aceh

Tari tradisional Aceh bernama pho ini diambil dari kata peubae yang dalam bahasa Aceh berarti penghormatan. Tarian ini dilakukan para wanita yang dulu dijadikan sebagai simbol ketika orang tersebut sedang sedih atau berduka. Akan tetapi sesudah agama Islam masuk di Aceh, maka tari ini menjadi bagian dari kesenian rakyat.

Menurut sejarah, seorang gadis yatim piatu cantik yang diasuh kakak ibunya dan pengasuh tersebut memiliki seorang anak laki laki sampai akhirnya mereka jatuh cinta. Akan tetapi pihak yang iri dan sakit hati karena ditolak sang gadis akhirnya memfitnah jika mereka sudah berzinah dan akhirnya dihukum mati. Ibu anak laki laki tersebut kemudian menari sambil berduka untuk memperlihatkan kesedihannya dan akhirnya lahir tarian pho tersebut.