Salah satu peninggalan budaya Indonesia yang harus selalu diperkenalkan oleh anak cucu kita salah satunya ialah rumah adat.
Ada begitu banyak desain bangunan berbeda yang sangat unik dimana desain rumah adat tersebut sudah disesuaikan dengan adat, budaya dan kebutuhan masing masing daerah.
Ada puluhan rumah adat di Indonesia dengan ciri khas dan bentuk yang berbeda beda sehingga memang sudah sepantasnya dirawat dan dijaga dengan baik sampai kapanpun karena sudah menjadi identitas negara Indonesia yang juga menjadi daya tarik Indonesia.
Isi Artikel
34 Rumah Adat di Indonesia
Bagi anda yang masih belum mengetahui setiap nama rumah adat di Indonesia disetiap provinsinya, berikut penjelasan lengkap kami tentang rumah adat di Indonesia:
Rumah Adat Aceh
Nama rumah adat yang pertama adalah krong bade yang merupakan rumah adat Nanggroe Aceh Darussalam. Ciri khas dari bangunan ini adalah dilengkapi dengan tangga pada bagian depan rumah yang dipakai sebagai jalan masuk dengan jumlah tangga yang ganjil.
Krong bade ini merupakan rumah berbentuk persegi panjang yang memang sengaja dibuat memanjang dari arah timur ke barat. Untuk bagian atapnya menggunakan daun rumbia sehingga menampilkan desain yang terlihat sederhana namun tetap menarik. Sedangkan untuk area lantai memakai bambu dan dinding yang dipenuhi dengan hiasan lukisan dari kayu sehingga terlihat unik dan mampu menarik perhatian para wisatawan yang sedang berkunjung ke Aceh.
Selain menggunakan material utama berupa kayu, material lain yang dipakai adalah papan untuk area dinding dan lantai. Sementara temor atau enau dipakai sebagai cadangan pembuatan lantai dan juga dinding selain bambu. Untuk tali pengikat atau taloe meu-ikat juga dipakai untuk mengikat segala bahan bangunan. Tali yang terbuat dari rotan, kulit pohon waru atau tali ijuk dan daun rumbia atau disebut dengan oen meuria akan dipakai untuk membuat atap. Daun enau ini berguna untuk cadangan membuat atap jika daun rumbia tidak tersedia. Pelepah rumbia ini akan dijadikan sebagai bahan terakhir yang digunakan dalam membuat lemari dan juga dinding.
Rumah krong bade ini memiliki makna untuk masyarakat Aceh yakni sebagai identitas diri. Material bangunan yang semuanya diambil dari alam ini memiliki makna jika masyarakat Aceh juga memiliki kehidupan yang sangat dekat dengan alam. Mereka juga tidak memakai paku dalam membuat rumah namun lebih memakai tali untuk mengikat bahan bangunan yang satu dengan yang lain. Sementara untuk ukirannya memiliki makna sendiri dimana semakin banyak ukiran maka akan semakin bagus nilai ekonomi penghuninya.
Baca artikel lengkapnya pada artikel berikut Rumah Adat Aceh
Rumah Adat Sumatera Utara
Salah satu dari rumah adat 34 provinsi di Indonesia adalah rumah adat Sumatera Utara bernama rumah adat bolon. Rumah adat ini juga terdiri dari beberapa jenis yakni bolon simalungun, bolon toba, bolon karo, bolon angkola, bolon mandailing dan juga bolon pakpak.
Masing masing jenis rumah bolon ini juga memiliki desain yang berbeda namun dengan ciri yang sama yakni berbentuk rumah panggung, tiang bergaris tengah yang berguna sebagai penyangga serta dinding yang dipenuhi dengan ornamen khas Simalungun warna hitam, putih dan merah.
Namun sayangnya, sekarang ini rumah bolon sudah semakin sulit ditemukan dan sudah menjadi objek wisata di wilayah Sumatera Utara. Bentuk rumah adat ini seperti rumah panggung dengan tinggi kurang lebih 1.75 meter dari tanah sehingga harus masuk memakai tangga. Tangga rumah adat ini dibuat di bagian tengah rumah dan pada bagian dalamnya merupakan ruang kosong terbuka tanpa disekat dan tanpa kamar.
Bangunan ini disanggah dengan tiang penyangga yang juga menopang setiap sudut rumah termasuk juga area lantai. Atap rumah adat ini berbentuk melengkung pada bagian depan dan belakang sehingga terlihat seperti pelana kuda. Sedangkan untuk area lantai terbuat dari papan dan bagian atap dibuat dari daun rumbia atau ijuk.
Meski bagian dalam bangunan ini tidak disekat, namun tetap dibagi menjadi tiga bagian yakni jabu bona di bagian kanan belakang, jabu soding di sudut sebelah kiri dan jabu suhat di kiri depan. Jabu bona digunakan khusus keluarga kepala rumah, sedangkan jabu soding dipakai untuk anak perempuan dan juga istri tamu yang datang ketika diadakan upacara adat. Sedangkan jabu suhat dipakai sebagai anak laki laki tertua yang sudah menikah ditambah dengan ruangan tampar piring sebagai ruang tamu.
Rumah Adat Sumatera Barat
Sumatera Barat juga memiliki rumah adat khas yang disebut dengan rumah gadang, begonjong atau godang. Selain memiliki nama yang unik, rumah adat ini juga memiliki bentuk unik yang terlihat berbeda dengan provinsi lain. Ciri paling terlihat dari bangunan ini adalah arsitektur atap yang menyerupai tanduk kerbau terbuat dari anyaman ijuk.
Rumah gadang tidak hanya dijadikan tempat tinggal namun juga tempat untuk merawat anggota keluarga yang sedang sakit, melakukan upacara dan juga lambang sebuah adat. Rumah gadang yang memiliki bentuk persegi panjang ini dibagi menjadi dua bagian yakni bagian depan dan belakang. untuk bagian depan dilengkapi dengan ornamen bermotif akar, bunga, daun dan juga bidang persegi empat atau genjang. Sementara untuk bagian belakang dilapisi dengan belahan bambu.
Rumah gadang ini juga dilengkapi dengan beberapa tiang panjang dan bangunan terbuat dari rangka besar ke atas namun tidak mudah roboh karena goncangan. Setiap elemen rumah juga mempunyai makna berbeda dan dilatari dengan tambo dalam adat serta budaya masyarakat setempat. Rumah gadang biasanya dilengkapi dengan satu tangga pada bagian depan dan area dapur akan dibangun terpisah di belakang rumah.
Wilayah Minangkabau yang rawan akan gempa sebab lokasinya dekat dengan Pegunungan Bukit Barisan, maka arsitektur rumah adat ini juga diperhitungkan dari segi desainnya supaya bisa tahan terhadap gempa. Tiang rumah tidak ditanam di dalam tanah akan tetapi bertumpu pada batu yang datar, lebar dan juga kuat. Semua sambungan dari tiang pertemuan kasau serta tiang tidak memakai paku namun menggunakan pasak kayu.
Ketika terjadi gempa, maka rumah gadang ini akan bergeser dengan fleksibel dan sambungan yang dihubungkan memakai pasak kayu tersebut juga akan bergerak secara fleksibel.
Rumah Adat Riau
Nama rumah adat berikutnya adalah rumah adat Riau bernama rumah Melayu Selaso. Ciri paling khas dari rumah ini adalah dilengkapi dengan kolong pada bagian bawah bangunan. Rumah adat Riau ini mempunyai tiang dengan bangunan yang berbentuk persegi panjang. Makna dari Selaso Jatuh Kembar ini adalah rumah dengan lantai lebih bawah dibandingkan dengan ruang tengah.
Rumah adat Riau berikutnya adalah Belah Bubung yang juga berbentuk rumah panggung yang dilengkapi dengan beberapa tiang penyangga.
Rumah Adat Bali
Rumah adat Gapura Candi Bentar adalah rumah adat Bali dengan ciri khas rumah yang berbentuk seperti layaknya pura dilengkapi dengan gapura di bagian depan. Rumah ini sarat akan agama Hindu yang menjadi agama mayoritas di Bali.
Rumah adat Bali ini masih bisa banyak bisa ditemukan di Indonesia berbeda dengan rumah adat provinsi lain yang sudah mulai sulit untuk dilihat. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat Bali yang selalu menjaga kebudayaan mereka dengan sangat baik.
Bangunan ini memiliki banyak ruangan yang memiliki fungsi berbeda beda. Ruang pertama bernama panginjeng karang berguna untuk tempat memuja. Ruang kedua bernama bale manten yang digunakan sebagai tempat tidur kepala keluarga, anak perempuan dan juga tempat menyimpan berbagai barang berharga sekaligus juga bisa digunakan untuk pasangan yang baru saja menikah.
Ruang keempat adalah bale adat atau bale gede yang digunakan sebagai tempat upacara lingkungan hidup. Ruang kelima dinamakan dengan bale dauh yang dijadikan sebagai tempat kerja, tempat tidur anak laki laki dan tempat pertemuan. Ruang keenam dalam rumah adat Bali dinamakan dengan paon yang dipakai sebagai dapur, sedangkan lumbung dipakai untuk menyimpan berbagai hasil bumi. Jika dilihat, secara umum rumah ini dibuat dari tanah liat untuk masyarakat umum, sedangkan untuk bangsawan menggunakan bata.
Baca artikel lengkapnya pada artikel berikut Rumah Adat Bali
Rumah Adat Papua
Rumah adat Indonesia lengkap tentunya juga mencakup rumah adat Papua yang disebut dengan rumah honai. Tampilan rumah ini masih terlihat sangat sederhana namun inilah yang menjadi daya tarik dari rumah adat Papua. Semua material bangunan dibuat dari bahan alam seperti ilalang dan juga kayu.
Rumah honai juga tidak dilengkapi dengan jendela yang bertujuan agar menjaga kehangatan di dalam rumah mengingat cuaca di luar yang sangat dingin. Ukuran rumah juga kecil dan bisa dikatakan sempit. Rumah ini masih bisa dengan mudah ditemukan di Papua karena masih dijaga dan dilestarikan masyarakat Papua khususnya yang tinggal di daerah pegunungan tinggi.
Baca artikel lengkapnya pada artikel berikut Rumah Adat Papua
Rumah Adat Jawa Barat
Jawa Barat juga memiliki rumah adat yang disebut dengan kasepuhan cirebon. Usia dari bangunan ini juga sudah sangat tua akan tetapi masih terawat dengan baik hingga sekarang. Kasepuhan Cirebon ini didirikan oleh Pangeran Cakrabuana di tahun 1529 yang merupakan putra dari Prabu Siliwangi di Kerajaan Pajajaran.
Rumah ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati yang sebelumnya sudah ada. Bagian dari keraton kasepuhan tersebut juga sangat beragam seperti dua buah pintu gerbang utama yang ada di sebelah utara dan selatan kompleks. Gerbang utama tersebut dinamakan dengan kreteg pangrawit dan berbentuk jembatan. Sedangkan untuk pintu bagian selatan disebut dengan lawang sanga.
Selain itu, ada juga bangunan pancaratna yang ada di bagian kiri depan arah barat yang berfungsi untuk tempat menghadap para pembesar kampung yang diterima wedana atau demang. Sedangkan bagian lainnya adalah bangunan pancaniti yang ada di bagian kiri kompleks dan posisinya menghadap ke arah utara. Nama pancaniti tersebut memiliki dua kata yakni panca yang berarti jalan dan niti yang berarti mata, atasan atau raja.
Fungsi dari bangunan pancaniti tersebut merupakan area para prajurit akan dilatih para perwira serta digunakan juga untuk tempat beristirahat dan pengadilan. Bisa dikatakan jika setiap bagian dari kasepuhan cirebon ini sangat penting dan memiliki makna yang mendalam untuk setiap ruangannya.
Baca artikel lengkapnya pada artikel berikut Rumah Adat Jawa Barat
Rumah Adat Jawa Tengah
Rumah joglo merupakan rumah adat dari Jawa Tengah yang memiliki beberapa buah ruang dan juga pendopo di bagian depan rumah yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ciri dari rumah adat joglo ini adalah memiliki corak ornamen khas suku Jawa pada sisi rumah. Rumah joglo ini terdiri dari dua bagian yakni rumah induk dan juga rumah tambahan.
Rumah induknya sendiri juga masih dibagi kembali menjadi beberapa ruangan yakni pendopo yang ada di bagian depan rumah yang biasanya digunakan untuk aktivitas formal seperti pertemuan, upacara adat dan juga pagelaran seni wayang kulit. Ruangan ini memperlihatkan kesan yang terbuka sekaligus akrab meski terkadang juga dibuat dengan kesan megah dan berwibawa.
Selanjutnya, ada juga pringitan yang ada di antara pendopo dan rumah dalam dengan fungsi untuk jalan masuk sekaligus tempat pertunjukan wayang kulit. Bentuk dari pringitan ini dalam serambi tiga persegi yang menghadap ke arah pendopo. Selain itu, ada juga emperan yang menjadi penghubung pringitan dengan rumah bagian dalam yang dalam istilah lain disebut dengan teras depan karena lebarnya yang kurang lebih sekitar 2 meter.
Emperan tersebut juga bisa digunakan sebagai tempat untuk bersantai, menerima tamu dan juga berbagai kegiatan publik lain. Emperan juga umumnya akan dilengkapi dengan sepasang kursi kayu dan juga meja. Sementara bagian selanjutnya adalah rumah dalam atau omah njero yang juga disebut dengan omah mburi atau rumah belakang, dalem ageng atau sekedar omah. Kata omah sendiri juga dipakai dalam istilah yang memiliki arti unit tempat tinggal atau kedomestikan.
Dalam rumah joglo juga terdapat senthong kiwa yang terdiri dari beberapa buah ruangan seperti yang dipakai sebagai gudang, penyimpanan persediaan makanan, kamar tidur dan beberapa kegunaan lain. Senthong tengah ada di bagian dalam tengah yang juga disebut dengan boma, krobongan atau pedaringan. Seperti letaknya yang ada di dalam rumah, fungsi utamanya adalah untuk tempat menyimpan berbagai barang berharga seperti harta keluarga pusaka keris dan sebagainya.
Ada juga senthong tengen yang juga sama seperti senthong kiwa. Sedangkan fungsi dan pembagian ruangnya sama dan yang menjadi pembeda adalah senthong tengen di bagian kanan. Terakhir ada juga gandhok yakni sebuah bangunan tambahan yang ada di bagian sisi belakang dan samping dari bangunan inti.
Rumah Adat Jawa Timur
Gambar rumah adat Jawa Timur diatas adalah joglo situbondo yang juga disebut dengan joglo Jawa Timuran. Memang ada banyak kesamaan antara rumah adat Jawa Timur dengan Joglo dari Jawa Tengah. Ciri khas dari bangunan ini adalah bentuknya yang terlihat lebih minimalis jika dibandingkan dengan rumah joglo dari Jawa Tengah akan tetapi terlihat lebih artistik. Ada filosofi yang terkandung dari rumah adat ini yakni sanepan yang berarti rumah kental dengan kebudayaan leluhur dari zaman dulu.
Rumah Adat Betawi
Rumah adat dan penjelasannya selanjutnya yang akan kami ulas adalah rumah adat dari Betawi yakni rumah adat kebaya. Ciri dari bangunan ini adalah memiliki atap serupa dengan pelana dilipat. Apabila dilihat dari bagian samping, maka atap rumah terlihat seperti lipatan dari kebaya. Selain itu, ada juga corak ornamen khas dari suku Betawi dan material atap yang terbuat dari genteng serta atep atau daun kirai yang sudah dianyam.
Konstruksi kuda kuda dan juga gording memakai kayu kecapi atau kayu gowok, sedangkan balok tepi khususnya yang ada di atas dinding luar memakai kayu nangka yang sudah tua dan kaso atau reng yang memakai bambu tali. Bambu yang digunakan untuk kaso merupakan bambu utuh dengan diameter 4 cm dan untuk reng memakai bambu yang dibelah menjadi dua.
Sedangkan material yang dipakai untuk membuat dinding memakai kayu nangka atau kayu gowok yang terkadang dicat memakai warna kuning atau hijau terang. Dinding rumah memakai anyaman bambu tanpa ditambah dengan pasangan bata pada bagian bawahnya. Daun pintu dan jendela dibuat dengan memakai rangka kayu dan juga jalusi horizontal. Jalusi tersebut merupakan pintu dengan lubang udara untuk memastikan sirkulasi tetap terjaga dengan baik seperti pada kamar mandi.
Pintu pada rumah adat Betawi ini tidak ditambah dengan jalusi pada bagian atas atau semua permukaannya. Struktur pondasi rumah memakai batu kali dan juga sistem pondasi yang memakai umpak pada bawah setiap kolomnya.
Rumah Adat Sulawesi Selatan
Rumah adat dari Sulawesi Selatan dinamakan dengan rumah tongkonan dengan ciri khas atap yang melengkung seperti perahu dan terdiri dari susunan bambu meski sekarang juga banyak yang dibangun memakai seng. Pada bagian depan rumah adat ini ditambahi dengan tanduk kerbau yang berderet. Sedangkan bagian dalamnya dijadikan tempat tidur dan juga area dapur.
Nama rumah adat di Indonesia ini diambil dari kata tongkon dengan arti duduk bersama. Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat. Pada bagian depan tongkonan dilengkapi dengan alang atau lumbung padi. Semua tiangnya dibuat dari batang pohon palem dan pada bagian depan ditambahi dengan banyak ukiran yang menjadi simbol untuk menyelesaikan masalah.
Rumah Adat Kalimantan Barat
Nama rumah adat selanjutnya adalah Istana Kesultanan Pontianak yang berasal dari Kalimantan Barat. Ukuran bangunan ini terbilang cukup besar dengan ciri khas pada corak dan arsitektur suku Dayak pada setiap sisi rumah.
Rumah adat ini biasanya digunakan untuk berbagai pertemuan adat dan juga dijadikan tempat tinggal untuk raja atau sultan ketika zaman dulu. Selain istana kesultanan Pontianak, masih ada lagi satu rumah adat dari Kalimantan Barat yakni radakng atau betang yang berbentuk panjang dan dilengkapi dengan banyak pintu.
Rumah Adat Lampung
Rumah adat Nowou sesat merupakan rumah adat yang berasal dari Lampung dengan ciri khas berbentuk rumah panggung dan ada begitu banyak ornamen di setiap sisi bangunan. Dulunya, rumah adat Lampung ini berukuran sangat besar, namun untuk sekarang dibuat tidak terlalu besar lagi. Untuk bagian atap dibuat dari material anyaman ilalang dan sebagian besar bangunan terbuat dari material kayu.
Bentuk rumah adat ini dibangun dengan tujuan agar menghindari serangan dari hewan buas dan juga supaya bisa lebih kokoh sehingga juga tahan terhadap gempa bumi. Rumah ini dibangun tanpa tiang sedangkan bagian lantai terbuat dari tanah dengan fungsi yang masih sama.
Ciri khas dari rumah adat ini adalah terdapat ornamen payung berwarna putih, kuning dan juga merah pada bagian atap yang menjadi lambang penyeimbang di tengah masyarakat Lampung. Fungsi dari rumah adat ini adalah digunakan sebagai balai pertemuan para perwatin ketika melaksanakan pepung atau musyawarah adat sehingga juga disebut dengan sesat balai agung.
Pada bagian dalam bangunan ini dibagi menjadi lima bagian yakni ijan geladak untuk tangga masuk, anjungan untuk serambi pertemuan kecil, pusiban untuk tempat musyawarah yang bersifat resmi, ruang tetabuhan untuk menyimpan berbagai alat musik tradisional dan juga ruang gajah merem untuk tempat istirahat.
Rumah Adat Jambi
Nama rumah adat selanjutnya adalah rumah panjang yang berasal dari Jambi. Ciri khas dari rumah adat Jambi ini adalah bentuknya yang panjang dilengkapi dengan corak corak yang sangat khas. Sayangnya, rumah panjang ini sudah cukup sulit ditemukan karena masyarakat Jambi lebih memilih membangun rumah dengan bentuk modern dibandingkan dengan rumah panjang tersebut.
Pada awalnya, rumah panjang dibangun dengan material kayu sekitar 5 sampai 8 meter. Ketinggian tersebut tergantung dari tiang yang dipakai untuk menyangga rumah. Sedangkan untuk panjang bisa mencapai 180 meter dengan lebar 6 meter. Bagian dalam rumah adat ini memiliki total 50 ruangan yang ditinggali oleh banyak keluarga. Untuk masuk ke dalam rumah ini, maka harus memakai anak tangga.
Meski bentuknya sempit, akan tetapi rumah ini sangatlah panjang dan hanya terdapat satu kamar pada bagian dalam rumah dan terbagi menjadi teras atau pante, ruang samik atau tami serta ruang keluarga. Di dalam ruang tamu ada sebuah meja bernama pene yang berguna untuk menerima tamu. Pene ini berbentuk lingkaran yang dipakai untuk meletakkan minuman dan juga makanan bagi para tamu. Ruang keluarga merupakan ruang yang sederhana dengan panjang 6 meter dan lebar 6 meter. Pada bagian belakang dipakai sebagai tempat memasak atau dapur dan setiap keluarga memiliki dapur sendiri sendiri yang terpisah antara satu dapur dengan dapur lainnya.
Meski rumah panjang ini dipakai untuk tempat tinggal banyak keluarga dalam satu atap, akan tetapi rumah ini tidak hanya dipakai untuk tempat tinggal namun juga melindungi diri dari serangan hewan buas. Rumah yang dibangun tinggi ini juga berguna untuk menjaga penghuni rumah dari musuh suku lainnya. Rumah panjang juga difungsikan sebagai tempat kegiatan masyarakat seperti rapat serta upacara adat sampai ritus yang juga dilaksanakan di dalam rumah panjang sehingga bisa dikatakan rumah adat ini tidak hanya milik pribadi namun juga milik suku.
Rumah Adat Maluku
Salah satu dari rumah adat 34 provinsi adalah rumah adat Maluku bernama rumah baileo yang menjadi lambang kemajemukan agama di Maluku. Ciri khas dari bangunan ini adalah ukurannya yang cukup besar karena tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal namun juga dipakai untuk tempat melakukan musyawarah dan juga tempat melakukan acara hiburan. Di dalam rumah adat ini memiliki ruangan khusus yang dipakai untuk menyimpan berbagai benda pusaka yang dianggap suci oleh masyarakat Maluku.
Rumah Adat Maluku Utara
Sama seperti rumah adat Maluku, Maluku Utara juga memiliki rumah adat Balieo yang sekaligus juga dijadikan lambang dari kemajemukan agama yang ada di Maluku Utara. Ukuran dari rumah adat ini juga besar yang sama seperti rumah adat Maluku yakni dipakai untuk tempat tinggal, menggelar acara hiburan dan juga untuk tempat hiburan. Sedangkan pada bagian tengah digunakan untuk tempat menyimpan berbagai benda pusaka.
Rumah Adat Bangka Belitung
Rumah adat Indonesia selanjutnya adalah rumah adat Bangka Belitung yang bernama rumah Rakit. Rumah adat ini juga sangat terkenal di kota Palembang yang memiliki ciri khas dibangun di atas sungai dan berbentuk seperti rakit. Rumah rakit ini dibangun di atas sungai sebab dulu mata pencaharian masyarakat Bangka Belitung adalah sebagai seorang nelayan untuk mencari ikan di sungai.
Rumah adat ini memiliki pondasi yang terbuat dari material bambu yang sekaligus berguna sebagai pelampung. Namun dengan perkembangan zaman, rumah adat ini juga ditambahkan lagi dengan alat pengapung seperti drum. Rumah adat ini tahan terhadap banjir sebab bisa mengapung yang mengikuti tingkat ketinggian dari air. Rumah rakit ini bisa dengan mudah ditemui di Palembang khususnya di sekitar Sungai Musi dan sudah menjadi objek wisata karena bentuk dan lokasi rumah adat yang tidak biasa tersebut.
Rumah Adat Bengkulu
Rumah adat selanjutnya berasal dari Bengkulu yang disebut dengan rumah adat bubungan lima. Rumah adat Bengkulu ini hampir serupa dengan rumah panggung yang disanggah dengan beberapa buah tiang. Sedangkan untuk kayu yang dipakai adalah jenis kayu medang kemuning.
Rumah adat bubungan lima ini tidak seperti rumah hunian pada umumnya sebab juga digunakan untuk berbagai pagelaran lainnya seperti upacara lain yang diadakan masyarakat Bengkulu. Rumah ini mempunyai tiga bagian yakni bagian atas, bagian tengah dan juga bagian bawah.
Arsitektur bangunan yang tinggi ini bertujuan supaya rumah bisa melindungi setiap penghuni rumah dari binatang buas dan juga banjir. Ketinggian rumah bubungan lima ini bisa dimasuki dengan menggunakan tangga dimana anak tangganya berjumlah ganjil sesuai dengan kepercayaan masyarakat Bengkulu.
Rumah Adat Banten
Rumah badui merupakan nama rumah adat yang berasal dari Banten. Ciri khas dari bangunan ini adalah berbentuk seperti rumah panggung dan hampir seluruh bagian rumah terbuat dari bambu. Rumah adat Banten ini terlihat sangat sederhana namun unik karena pembangunan rumah mengikuti kontur tanah yang memang masih berhubungan dengan aturan adat yakni mengharuskan untuk tidak merusak alam ketika membangun sebuah rumah atau bangunan lainnya.
Semua tiang dari rumah adat suku Badui ini ukurannya tidaklah sama, sedangkan bagian bilik dan dinding rumah terbuat dari anyaman bambu. Untuk bagian atau terbuat dari ijuk sabut kelapa yang sudah dikeringkan dan pada bagian dalam rumah terbagi menjadi tiga yakni bagian depan atau sosoro, tepas atau bagian tengah dan juga ipah atau bagian belakang.
Setiap rumah adat ini memiliki fungsi berbeda beda menyesuaikan dengan rencana rumah tersebut dibuat. Pada bagian depan rumah dipakai sebagai ruangan untuk menerima tamu sebab tamu yang sedang berkunjung tidak diperbolehkan untuk masuk hingga ke dalam rumah. Kegunaan lain dari area ini adalah untuk area bersantai dan juga menenun yang biasa dilakukan oleh para wanita. Bagian depan rumah adat ini memiliki bentuk yang melebar ke arah samping dan terdapat lubang pada bagian lantainya.
Untuk bagian tengah rumah akan dipakai untuk aktivitas seperti pertemuan keluarga dan juga untuk tidur. Sedangkan di bagian belakang akan dipakai untuk memasak dan juga untuk menyimpan hasil ladang. Masing masing bagian rumah juga dilengkapi dengan lubang di area lantai yang berguna sebagai sirkulasi udara sebagai pengganti jendela sebab rumah adat Badui tidak dilengkapi dengan jendela.
Rumah Adat Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta tentunya juga memiliki rumah adat yang disebut dengan rumah bangsal kencono. Dulunya, rumah ini dipakai sebagai tempat tinggal para raja Jawa dan juga para pejabat Kerajaan. Ciri khas dari rumah adat Yogyakarta ini adalah corak ornamen yang memiliki filosofi dan juga nilai kehidupan lambang pola perilaku manusia, alam semesta dan juga kehidupan.
Rumah Adat Nusa Tenggara Barat
Rumah adat dari Nusa Tenggara Barat memiliki nama rumah dalam loka yang pada zaman dulu dipakai sebagai tempat tinggal para raja raja di daerah Sumbawa. Di daerah ini sangat kuat akan pengaruh agama Islam sehingga hampir semua aspek suku dan adat dari masyarakat Sumbawa juga terlihat dari rumah adatnya.
Rumah dalam loka ini terdiri dari dua kata dalam bahasa Sumbawa yakni dalam yang berarti istana dan juga loka yang berarti dunia. Seperti namanya, fungsi dari rumah adat ini adalah untuk pusat pemerintahan sekaligus tempat para raja raja Sumbawa.
Rumah adat Nusa Tenggara Barat ini juga berukuran besar dan ditopang dengan 99 buah tiang sebagai lambang dari 99 nama Allah atau Asmaul Husna. Tiang penyangga yang menopang rumah supaya bisa tetap tegak ini dibagi menjadi dua ukuran dengan sama besar bernama bala rea. Pada bagian dalam ada beberapa ruang yang dipisahkan oleh dinding penyekat sesuai dengan fungsi dan juga nama masing masing.
Beberapa ruangan tersebut diantaranya adalah ruangan lunyuk agung pada bagian depan yang berguna untuk area resepsi, musyawarah dan juga acara pertemuan keagamaan dan juga adat. Ruangan lainnya bernama lunyuk mas yang digunakan sebagai ruangan khusus untuk istri menteri, permaisuri dan juag staf penting dari kerajaan ketika sedang dilakukan upacara adat.
Ruang dalam bagian barat hanya disekat memakai kelambu dan dijadikan sebagai tempat untuk sholat. Sedangkan di bagian utara merupakan kamar tidur untuk para dayang permaisuri. Di dalam ruang dalam juga ada empat buah kamar yang masing masing ditempati oleh putra dan putri raja yang sudah menikah. Ruang sidang terletak di bagian belakang yang dipakai sebagai tempat tidur para dayang pada malam hari.
Untuk area kamar mandi ada di luar ruangan induk dan memanjang dari mulai kamar raja sampai kamar permaisuri. Bala bulo ada di bagian samping lunyuk mas yang terdiri dari dua buah lantai. Lantai pertama merupakan tempat anak anak raja yang masih kecil untuk bermain dan lantai dua dijadikan tempat untuk melihat pertunjukan yang ada di lapangan istana khususnya untuk para permaisuri dan juga istri dari bangsawan.
Rumah Adat Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur memiliki rumah adat bernama musalaki yang terlihat hampir serupa dengan rumah adat dari Nusa Tenggara Barat. Ciri dari rumah adat Nusa Tenggara Timur ini adalah memiliki bentuk dan juga arsitektur seperti kerucut.
Dulu, rumah adat Nusa Tenggara Timur ini dipakai sebagai tempat tinggal untuk kepala suku dan juga para pembesar adat. Akan tetapi dengan perkembangan zaman, rumah adat Nusa Tenggara Timur ini juga sudah dipakai sebagai tempat tinggal masyarakat NTT yang sekaligus juga menjadi ikon Nusa Tenggara Timur karena keunikan bangunan dari mulai arsitektur dan juga nilai nilai filosofi yang terkandung didalamnya.
Nama rumah adat di Indonesia ini diambil dari bahasa Ende Lio yang terdiri dari dua suku kata yakni mosa yang berarti kepala atau kedua dan juga laki yang memiliki arti suku. Rumah musalaki ini dulunya memang hanya dipakai sebagai tempat tinggal ketua suku atau kepala adat disitu. Jika kembali ditelusuri, rumah ini juga sering dipakai untuk upacara adat ritual, tempat musyawarah dan juga tempat untuk memutuskan sebuah keputusan yang berkaitan dengan keagamaan dan juga berhubungan dengan adat.
Dengan fungsi tersebut, maka rumah musalaki ini dibangun dengan ukuran yang besar dan juga struktur rumah yang kokoh. Untuk materialnya, hampir semua bangunan rumah adat ini diambil dari alam seperti batu batuan, daun daunan dan juga aneka jenis kayu untuk semua bagian rumah adat ini.
Rumah Adat Kalimantan Tengah
Rumah adat bernama rumah betang merupakan nama rumah adat yang berasal dari provinsi Kalimantan Tengah. Rumah adat ini hampir serupa dengan rumah adat panjang dengan ciri khas dari rumah adat ini adalah ukuran yang sangat besar dan bahkan menjadi rumah adat terbesar urutan kedua di Indonesia.
Rumah adat Kalimantan Tengah ini bisa menampung hingga 150 orang atau 30 sampai 35 keluarga. Meski rumah adat ini memiliki arti yang sangat tinggi khususnya bagi masyarakat Suku Dayak. Ada begitu banyak aspek yang membuat rumah adat ini sangat bernilai dan yang paling utama adala aspek hunian dimana rumah adat ini memiliki struktur multi keluarga permanen dan juga mempunyai fungsi untuk tempat tinggal serta aspek kedua yakni hukum dan juga hak milik.
Rumah betang juga mempunyai aspek kepemilikan yang sangat jelas khususnya hak kepemilikan yang dipegang oleh seluruh keluarga secara kolektif atas tanah yang dibangun rumah itu. Hal wilayah rumah adalah hak sekuler dan untuk hak primer ada di masing masing keluarga dan juga kelompok keluarga kecil yang masih mempunyai ikatan kekerabatan. Rumah betang juga menjadi unit peradilan yang sangat penting karena pertikaian yang yang terjadi di antara anggota keluarga nantinya akan diselesaikan oleh tetua adat dan akan dilakukan secara interal.
Wewenang seseorang atau satu keluarga nantinya akan lebih kecil sebab masih lebih besar wewenang dari rumah secara menyeluruh mengingat egalitarisme yang masih sangat kuat untuk masyarakat suku Dayak.
Rumah Adat Kalimantan Selatan
Rumah adat Kalimantan Selatan yang bernama rumah bubungan tinggi ini dibangun oleh suku Dayak Selatan yang memiliki ciri khas bangunan kokoh dan juga tinggi. Rumah adat ini lebih mengutamakan dari sisi bangunan yang kokoh dibandingkan dengan daya tampung penghuninya.
Ciri khas lainnya dari rumah adat Kalimantan Selatan ini adalah memiliki atap sindang langit yang tidak ditambah dengan plafon, jumlah anak tangga yang selalu memakai angka ganjil dan juga pamedangan yang ditambah dengan lapangan di sekeliling memakai kandang rasi.
Untuk konstruksi bangunan memakai material kayu sebagai bahan utamanya sebab hutan Kalimantan yang bisa menghasilkan kayu berlimpah. Sesuai dengan bentuk serta konstruksi bangunan, kayu menjadi material yang paling tepat dan sesuai dengan bangunan. Konstruksi pokok dibagi menjadi beberapa bagian yakni tubuh bangunan atau bangunan induk yang memiliki bentuk memanjang, bangunan yang menempel pada sisi kiri dan kanan yang dinamakan dengan anjung. Selain itu, ada juga bubungan atap yang tinggi bernama sindang langit dan juga atap memanjang ke belakang yang bernama hambin awan.
Rumah Adat Kalimantan Timur
Rumah lamin merupakan rumah adat yang berasal dari Kalimantan Timur yang dibangun oleh masyarakat suku Dayak Timur. Rumah adat Kalimantan Timur ini memiliki ciri khas corak ornamen Suku Dayak Timur pada bagian sisi rumah. Rumah ini sangat panjang yakni lebar 15 meter dan panjang 300 meter serta tinggi 3 meter yang menjadi rumah adat terbesar di Indonesia. Rumah lamin ini juga sering disebut dengan rumah panggung panjang dengan bentuk saling menyambung.
Biasanya, rumah lamin akan dihuni oleh 12 sampai 30 kepala keluarga yang bisa menampung sampai 100 orang. Ada begitu banyak ciri khas dari rumah adat lamin ini seperti salah satunya ukiran dan juga gambar pada badan rumah yang memiliki arti mendalam untuk masyarakat suku Dayak di Kalimantan Timur. Ukiran tersebut berguna untuk menjaga keluarga di dalam rumah agar selalu terhindar dari bahaya seperti ilmu hitam yang sering dipakai oleh masyarakat Dayak.
Warna rumah adat ini juga sangat khas yakni hitam dan kuning. sedangkan untuk warna lain yang dipakai adalah warna putih, merah dan juga hitam dengan material utama berupa kayu besi atau kayu ulin. Dulu dikatakan jika kayu ini teksturnya akan semakin keras jika terkena air meski memang cukup sulit untuk menemukan kayu ulin ini di hutan.
Bagian halaman rumah Kalimantan Timur ini umumnya akan dipenuhi oleh totem atau patung yakni simbol dari para dewa yang oleh masyarakat Dayak dipercaya sebagai penjaga dari rumah agar tidak terkena bahaya. Rumah lamin dibagi menjadi tiga ruangan utama yakni tempat tidur, ruang tamu dan juga dapur.
Ruang tidur disusun dengan cara berbaris dari masing masing keluarga di dalam rumah. Ruang tidur juga dibedakan menjadi ruang tidur untuk anak laki laki dan juga untuk anak perempuan kecuali memang sudah menikah. Sedangkan ruang tamu dipakai untuk pertemuan adat sekaligus untuk menerima tamu. Untuk bagian luar, rumah ini memiliki tangga yang digunakan untuk masuk ke dalam rumah adat Kalimantan Timur tersebut.
Rumah Adat Kalimantan Utara
Kalimantan Utara juga memiliki rumah adat yang berbeda dengan provinsi Kalimantan lainnya yakni rumah baloy. Rumah ini dibuat karena terinspirasi oleh adat dari Suku Tidung, Kalimantan Utara. Ciri khas dari bangunan ini bisa dikatakan lebih indah jika dibandingkan dengan beberapa provinsi Kalimantan lainnya sehingga rumah adat ini dijadikan maskot daerah yang sudah begitu banyak menarik minat wisatawan.
Rumah ini dilengkapi dengan tiang yang tinggi untuk bagian bawah dan juga bentuknya yang terlihat lebih modern. Rumah baloy ini menurut perkiraan merupakan hasil pengembangan arsitektur Dayak di rumah lamin yang dihuni suku Dayak Kenyah, Kalimantan Timur.
Untuk material dasar rumah adat ini masih sama yakni kayu ulin yang dibangun menghadap ke arah utara dan pintu utama yang menghadap ke arah selatan. Pada bagian dalam bangunan ada empat ruangan utama yang dinamakan dengan ambir. Ambir kiri digunakan untuk tempat menerima penduduk yang ingin mengadukan tentang perkara adat. Ambir tengah dipakai untuk istirahat, ambir tengah yang dipakai untuk melakukan persidangan ketika ingin memutuskan perkara adat dan juga lamin dalom yang dipakai sebagai singgasana khusus kepala adat besar dayak tidung. Sedangkan pada bagian belakang juga dilengkapi dengan kolam bernama lubung kilong yang dipakai untuk pertunjukkan seni khas suku Tidung.
Rumah Adat Sulawesi Utara
Nama rumah adat Sulawesi Utara adalah walewangko yang memiliki struktur bangunan hampir sama dengan rumah adat wilayah Indonesia lainnya. Ini merupakan jenis rumah panggung dengan material terbuat dari kayu untuk tiang, lantai, dinding serta beberapa perlengkapan rumah lain.
Bagian atap rumah Sulawesi Utara ini memakai daun rumbia, sedangkan sekarang juga sudah sering dibangun dengan memakai genting atau seng. Struktur tiang rumah adat ini juga dilengkapi dengan tangga yakni tangga kiri dan tangga kanan.
Rumah Adat Kepulauan Riau
Provinsi Kepulauan Riau atau disingkat Kepri adalah provinsi yang dibentuk pada tahun 2002 yang terdiri dari beberapa pulau kecil di Selat Malaka dan menjadi hasil pemekaran dari provinsi Riau. Untuk itulah, kebudayaan Kepulauan Riau juga tidak lepas dari kebudayaan Melayu seperti provinsi Riau seperti rumah adatnya.
Seperti rumah adat Melayu pada umumnya, rumah adat belah bubung yang merupakan rumah adat Kepulauan Riau ini berjenis rumah panggung dengan tinggi sekitar 2 meter dari permukaan tanah. Nama rumah adat di Indonesia ini diberikan karena rangka atap dari rumah adat terbuat dari bubung atau bambu dengan desain yang terlihat seperti terbelah menjadi dua.
Rumah adat ini juga memiliki beberapa nama sebutan lain sesuai dengan bentuk atap rumah seperti rumah adat lipat pandan dengan atap curam, rumah lipat kajang dengan atap agak datar, rumah perabung panjang dengan atap sejajar dengan jalan raya, atap layar atau ampar labu dengan bagian bawah atap yang ditambah dengan beberapa atap lain dan perabung melintang yang perabungnya tidak sejajar dengan jalan raya.
Dilihat secara keseluruhan, rumah adat Kepulauan Riau ini terbuat dari bahan yang diambil dari alam. Untuk tangga, gelagar, bendul, rasuk dan juga tiang menggunakan material kayu. Untuk dinding dan lantai memakai papan, sedangkan untuk lantai terbuat dari papan dan atap yang bentuknya seperti pelana kuda terbuat dari daun nipah atau rumbia.
Rumah Adat Sumatera Selatan
Rumah adat khas Sumatera Selatan adalah rumah limas yang bagian atapnya berbentuk seperti piramida terpotong atau limasan. Rumah adat ini memiliki struktur rumah panggung yang disanggah dengan tiang tiang besar setinggi 0.5 hingga 3 meter tergantung dari area rumah ini dibangun. Jika area sering digenangi air, maka tiang rumah juga dibuat lebih tinggi begitu juga sebaliknya. Tiang rumah limas ini berjumlah 32 buah atau kelipatannya yang biasanya dibuat dari kayu ulin tahan lapuk.
Untuk masuk ke dalam rumah, maka bisa menaiki tangga di bagian kiri dan kanan rumah. Sekeliling rumah terdapat pagar kayu yang disebut dengan tenggalung dilengkapi dengan ukiran motif flora untuk meningkatkan nilai estetika dari rumah adat ini. Pada bagian bawah rumah terdapat kolong yang digunakan untuk melakukan aktivitas sehari hari wanita Sumatera Selatan.
Rumah Adat Gorontalo
Gorontalo adalah provinsi muda yang diresmikan pada 22 Desember tahun 2000 sehingga terpisah dari provinsi induknya yakni Sulawesi Utara. Meski termasuk provinsi baru, namun kebudayaannya sudah terbentuk sejak lama seperti yang bisa terlihat dari rumah adat Gorontalo bernama rumah dolohupa.
Dalam bahasa Gorontalo, dolohupa memiliki arti mufakat yang memang sesuai dengan fungsi dari rumah adat ini yang sering digunakan untuk mengadili seseorang yang sudah melakukan kejahatan. Arsitektur rumah adat ini cukup unik karena merupakan rumah panggung dengan beberapa pilar atau tiang lengkap dengan ukiran, sedangkan bagian atap terbuat dari jerami berkualitas yang dianyam. Sedangkan pada bagian rumah lainnya seperti pagar, dinding dan tangga terbuat dari papan kayu atau bilah.
Rumah Adat Sulawesi Barat
Rumah adat dari Sulawesi Barat salah satunya adalah rumah boyang berstruktur rumah panggung yang terbuat dari jenis jenis kayu. Rumah boyang ini disanggah dengan beberapa buah tiang berukuran besar setinggi 2 meter yang tidak ditancapkan ke dalam tanah namun diletakkan pada batu datar untuk mencegah kayu cepat lapuk.
Rumah ini dilengkapi dengan 2 tangga yakni bagian depan dan belakang dengan anak tangga berjumlah ganjil antara 7 hingga 13 lengkap dengan pegangan di bagian kanan dan kirinya. Bagian atap rumah adat Sulawesi Barat ini berbentuk prisma memanjang yang terbuat dari rumbia dan dihiasi dengan ornamen khusus seperti ukiran bunga melati pada ujung bubungan, tumbaq layar, ukiran burung atau ayam jantan untuk ujung atap dan juga ornamen teppang untuk atas bubungan.
Rumah Adat Sulawesi Tengah
Rumah adat Sulawesi Tengah yang masih bisa kita lihat hingga sekarang adalah rumah tambi yakni rumah panggung dengan tiang penyangga yang pendek tidak lebih dari 1 meter. Tiang penyangga yang berjumlah 9 ini dilekatkan dengan balok kayu dari kayu bonati yakni kayu hutan dengan tekstur kuat dan tahan lapuk.
Tiang rumah tersebut akan digunakan untuk menyangga rangka lantai yang terbuat dari papan dan rumahnya sendiri juga terbuat dari papan yang tersusun berdekatan dengan luas lantai 5 x 7 meter. Konstruksi rumah adat ini sangat unik karena bagian atapnya berbentuk prisma dengan sudut kecil pada bagian atas sehingga terlihat tinggi yang terbuat dari ijuk.
Rumah Adat Sulawesi Tenggara
Rumah adat dari Sulawesi Tenggara bernama rumah banua tada memiliki arsitektur yang sangat baik dengan material yakni 3 buah tiang utama seperti kabelai atau tiang tengah, tiang penyangga dan tiang pembantu yang terbuat dari kayu bulat di atas pondasi batu. Untuk bagian lantai terbuat dari papan kayu jati kuat dengan teknik kunci.
Semua papan dalam rumah ini disusun dengan sangat kuat meski tidak menggunakan paku sama seperti bagian dinding rumahnya. Sedangkan untuk atap terbuat dari daun rumbia dan hipa hipa yang tersusun bertumpuk. Rumah adat Sulawesi Tenggara ini tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal namun juga dibagi menjadi beberapa ruangan sesuai dengan fungsinya.
Rumah Adat Papua Barat
Mod aki aksa adalah rumah adat Papua Barat yang materialnya terbuat dari alam. Untuk bagian lantai, dinding, tiang dan juga atap terbuat tanpa menggunakan semen atau besi. Rumah adat dibangun diatas beberapa tiang kayu berukuran kecil namun sangat banyak sehingga sering disebut dengan rumah seribu tiang atau rumah berkaki seribu.
Untuk bagian atap rumah terkadang dibuat dari anyaman daun alang alang yang sudah dikeringkan dengan desain sangat unik. Bagian depan terlihat melengkung namun jika dilihat dari belakang akan tampak seperti pelana kuda.