Tarian Batak – Suku Batak merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia yang berada di Pantai Barat dan juga Pantai Timur provinsi Sumatera Utara. Ada beberapa suku bangsa yang masuk dalam kategori Batak seperti Karo, Toba, Pakpak, Simalungun, Mandailing dan juga Angkola. Suku Batak tidak hanya terkenal dengan berbagai masakan khas, wisata alam yang mengagumkan, pakaian adat dan juga bahasa yang sangat terkenal. Namun ada juga beberapa jenis tarian Batak yang sangat menarik untuk dibahas satu per satu seperti ulasan kami kali ini tentang beberapa tari khas daerah Batak.
Isi Artikel
Daftar Nama Tarian Batak
Tortor Sipitu Cawan
Tortor sipitu cawan merupakan tarian suku Batak yang umumnya diadakan pada saat pengukuhan seorang raja. Tarian ini dipercaya masyarakat setempat berasal dari tujuh putri kayangan yang sedang mandi pada sebuah telaga di puncak Gunung Pusuk Buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung atau pisau tujuh sarung.
Tarian Batak ini tidak bisa dipelajari dan dilakukan orang sembarangan kecuali jika memang sudah jodoh. Secara turun temurun, tarian tujuh cawan atau sipitu cawan ini dianggap sebagai tarian yang unik sebab penari diharuskan menjaga keseimbangan tujuh cawan yang akan diletakkan di bagian tangan kanan, tangan kiri dan juga satu di bagian kepala.
Tarian sipitu cawan ini memiliki makna tersendiri untuk setiap cawan yang digunakan. Untuk cawan pertama berarti kebijakan, cawan ketiga berarti kesucian, cawan ketiga berarti kekuatan, cawan keempat berarti tatanan hidup, cawan kelima berarti hukum, cawan keenam berarti adat dan budaya serta cawan ketujuh yang berarti pengobatan atau penyucian. Tarian ini dilakukan untuk membuang semua penghalang karena masyarakat Batak percaya jika manusia umumnya akan mengalami kegagalan akibat penghalang tersebut.
Tari Huda Huda
Tari huda huda merupakan tarian Batak lebih tepatnya berasal dari Kabupaten Simalungun yang akan dipertunjukan ketika upacara kematian untuk orang yang sudah lanjut usia. Tarian ini dilakukan untuk menghibur keluarga yang sudah ditinggalkan sekaligus sebagai hiburan para pelayat.
Pada awalnya, tarian adat Batak ini hanya digunakan oleh keluarga kerajaan. Akan tetapi untuk mengikuti perkembangan, maka juga digunakan pada segala kelas sosial. Pada awalnya, tari huda huda atau tarian topeng ini adalah pada saat anak tunggal dari keluarga kerajaan wafat. Permaisuri yang merupakan ibu dari anak tersebut terus menerus sedih karena tidak rela anaknya dikebumikan. Kabar tersebut sampai ke telinga masyarakat yang kemudian berusaha menghibur permaisuri dengan cara menampilkan tarian ini.
Tari Piso Surit
Tari piso surit merupakan tari tradisional suku Batak Karo, Sulawesi Utara yang masuk dalam jenis tari selamat datang dan biasanya dibawakan secara berkelompok dari penari wanita dan pria. Nama piso surit dalam tarian Batak ini diambil dari kata peso surit yang berarti burung senang bernyanyi.
Tarian suku Batak ini menggambarkan tentang seseorang yang sedang menanti kedatangan kekasihnya dan penantian tersebut digambarkan seperti seekor burung piso surit yang sedang bernyanyi seperti memanggil. Umumnya tarian ini akan dilakukan 5 pasang penari atau lebih tergantung dari kelompok dan acara yang sedang digelar.
Dalam pagelarannya, para penari akan memakai pakaian adat dan menari dengan iringan musik tradisional. Gerakan yang ditampilkan terlihat sangat khas yakni lemah gemulai dan beberapa bagian dilakukan secara berulang meski sebenarnya berbeda. Beberapa gerakan yang dilakukan diantaranya adalah kaki berjinjit, melentikan jari, gerakan naik dan turun, gerakan berputar dan beberapa gerakan lain.
Ketika dipertunjukkan, tarian adat Batak ini akan diiringi dengan alat musik seperti gendang khas Karo, gong dan juga kecapi. Sedangkan untuk lagu yang dimainkan adalah piso surit berirama lambat dan sangat sesuai dengan gerakan dalam tari. Sedangkan untuk kostum yang dipakai penari merupakan busana adat Karo lengkap dengan uis atau kain khas Karo. Sementara untuk penari pria umumnya menggunakan baju kemeja panjang dan celana panjang uis serta kain khas Karo yang dipakai sebagai gonje atau sarung, mahkota, ius nipes atau selendang serta ikat pinggang atau benting.
Tari Sigale Gale
Ini merupakan tarian Batak Toba yang dalam tariannya akan diperagakan oleh patung kayu berbentuk manusia. Tarian ini menjadi kebanggaan Batak Toba dimana sigale gale sendiri memiliki arti lemah gemulai dan sudah menjadi kesenian masyarakat Batak sejak beratus ratus tahun yang lalu.
Menurut cerita, tarian sigale gale ini menggambarkan seorang raja di wilayah Toba yang memiliki anak bernama Manggale. Raja kemudian memerintahkan anaknya untuk berperang dan akhirnya tewas dalam perang tersebut. Sang Raja yang sedih dan terpukul membuat kesehatannya semakin memburuk. Penasehat kerajaan kemudian memberi nasehat agar raja membuat patung kayu dengan wajah yang menyerupai sang anak. Ketika patung selesai dibuat, tabib kerajaan kemudian melakukan ritual meniup sordam kemudian memanggil roh Manggale yang masuk ke dalam patung tersebut. Kesehatan raja kemudian semakin membaik ketika melihat patung dengan wajah yang menyerupai anaknya tersebut.
Hingga saat ini, sigale gale masih ada di Pulau Samosir dan masih sering dilakukan serta menjadi ikon kebudayaan Sumatera Utara yang sanggup menarik minat para turis lokal dan internasional.
Tari Tandok
Tari tandok merupakan tarian adat suku Batak yang berhubungan dengan budaya tanam masyarakat Batak. Tarian ini menggambarkan kegiatan panen berat memakai tandok oleh para ibu di ladang. Tidak hanya itu, namun tarian Batak ini juga memiliki arti kekeluargaan antara sesama masyarakat.
Tarian ini biasanya dilakukan wanita dengan memakai pakaian adat tradisional Batak berwarna merah dan hitam. Sedangkan properti yang dipakai adalah ulos, tandok dan juga kain sarung. Tandok sendiri biasanya memang dilakukan oleh 4 orang penari namun juga bisa dilakukan lebih dari itu. namun harus berjumlah genap.
Sementara untuk musik tarian khas Batak ini umumnya memakai musik gondang yakni musik ansambel dengan tangga nada bervariasi tergantung dari pemain sarune dan juga taganing. Gerakan dalam tarian ini lebih banyak merupakan gerakan tangan dan dalam beberapa bagian, para penari akan membentuk formasi melingkar dengan posisi tandok di tengahnya. Gerakan ini menggambarkan tentang pengumpulan beras dalam wadah yang memang umumnya dilakukan oleh masyarakat di ladang.
Tidak hanya itu, tarian adat suku Batak ini juga memiliki makna ikatan keluarga tanah Batak yang sejak dulu memang merupakan masyarakat agraris yakni erat hubungannya dengan budaya tanam sekaligus menghormati alam dan para leluhur.
Tortor Tunggal Panaluan
Salah satu dari macam macam tarian suku Batak ini umumnya dilakukan ketika ada sebuah desa yang terkena musibah. Tunggal panaluan merupakan tongkat sakti sekaligus magis yang terbuat dari kayu berukir. Sedangkan gambar dalam ukiran tersebut merupakan kepala manusia beserta rambutnya dan beberapa gambar binatang.
Tongkat yang digunakan dalam tarian Batak ini memiliki panjang sekitar 2 meter dengan diameter 5 hingga 6. Tongkat panalian tersebut digunakan datu pada upacara ritus dan juga digunakan datu atau dukun dalam tarian tortor yang diiringi dengan gendang atau gondang sabangun.