Rumah Adat Sulawesi Tenggara

Rumah adat Sulawesi Tenggara memiliki ciri khas Rumah Adat dengan bangunan segi empat memanjang dan memiliki bentuk panggung atau pile dwelling yang agak sedikit tertutup.

Sementara untuk tipe kamarnya biasanya tidak dilengkapi dengan dinding dan jendela yang juga sangat terbatas serta berukuran kecil.

Pada lisplang juga terdapat banyak ukiran seperti pada pintu masuk serta dilengkapi juga dengan beberapa anak tangga yang jumlahnya akan berbeda beda untuk masing masing rumah tergantung dari tingkat kedudukan pemilik rumah.

Sementara untuk bagian samping kiri tangga juga dilengkapi dengan sebuah guci yang diisi air untuk para tamu membersihkan kaki sebelum masuk ke dalam rumah.

Rumah adat Sulawesi Tenggara tersebut juga memiliki ruangan untuk menerika tamu di bagian muka, ruang tempat menerima tamu di bagian dalam, kamar tidur, ruang pertemua adat dan juga ruang makan sekaligus dapur di bagian belakang serta di bagian muka dengan lantai tanah tanpa dinding yang akan dipakai ketika menumbuk pagi.

Selain itu, bagian bawah rumah juga masih dimanfaatkan sebagai kandang ternak ayam atau babi.

Daftar Nama Rumah Adat Sulawesi Tenggara

  1. Rumah Adat Mekongga

Rumah Adat Sulawesi Tenggara

Rumah adat Sulawesi Tenggara yang pertama bernama rumah adat mekongga yang menjadi rumah Suku Raha atau lebih dikenal dengan sebutan Mekongga yang berarti Poiaha. Rumah adat ini berukuran luas dan besar dengan bentuk segi empat. Material yang digunakan untuk membangun rumah adat ini adalah dari kayu dan juga beratap dan disanggah dengan beberapa buah tiang besar dengan tinggi sekitar 20 kaki dari permukaan tanah.

Rumah adat Mekongga ini ada di sebuah tempat yang terbuka khususnya di dalam hutan dan dikelilingi dengan rumput alang dengan bangunan setinggi 60 hingga 70 kaki. Rumah ini dipakai sebagai tempat raja melakukan berbagai acara yang bersifat seremonial atau upacara adat.

Rumah adat Sulawesi Tenggara yang satu ini merupakan jenis rumah panggung dengan dua belas tiang penyangga, 30 anak tangga yang memiliki arti 30 helai bulu sayap burung kongga dan juga memiliki empat buah ruang atau bilik.

  1. Rumah Adat Laikas

 

keunikan rumah adat Sulawesi Tenggara

Rumah adat Sulawesi Tenggara laikas merupakan rumah dari suku Tolaki yakni suku yang tinggal di sekitar kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Utara. Rumah adat laikas [Malige] ini memiliki bentuk rumah panggung yang biasanya terdiri dari tiga hingga empat lantai. Bagian bawah atau kolong rumah adat laikas ini digunakan untuk memelihara hewan ternak seperti ayam atau babi.

Untuk lantai pertama dan kedua akan dipakai sebagai tempat tinggal raja dan permaisuri, sedangkan lantai ketiga akan digunakan untuk menyimpan berbagai benda pusaka. Sedangkan lantai keempat dipakai sebagai area untuk beribadah dan bersemedi.

Pada bagian kanan dan juga kiri lantai kedua terdapat ruangan khusus yang akan dipakai untuk menenun kain atau pakaian tradisional yang disebut dengan bone. Keunikan dari rumah adat laikas atau malige ini adalah tidak memakai bahan logam sama sekali seperti paku, namun hanya menggunakan semua bahan yang sudah disediakan alam seperti kayu dan bagian atap terbuat dari rumbai alang alang atau nipah. Sedangkan untuk balok kayu akan dipakai untuk tiang dan untuk dinding atau badan rumah memakai material papan. Semuanya ini akan disatukan menjadi bangunan menggunakan serat kayu atau pasak kayu.

  1. Rumah Adat Banua Tada

rumah adat Sulawesi Tenggara laikas

Rumah adat Sulawesi Tenggara diatas adalah rumah adat banua tada yakni jenis rumah panggung yang terbuat dari bahan utama kayu tanpa memakai paku. Rumah adat ini memiliki nama dari dua kata yakni banua yang berarti rumah dan juga tada yang berarti siku sehingga bisa diartikan rumah ini sebagai rumah siku.

Gambar rumah adat Buton diatas merupakan peninggalan dari kesultanan Buton, rumah adat ini sangat dikenal sebagai salah satu rumah adat Sulawesi Tenggara yang memiliki banyak simbol dan dekorasi yang banyak dipengaruhi dengan konsep ajaran tasawuf. Simbol serta dekorasi yang digunakan juga melambangkan nilai nilai kebudayaan, kearifan lokal dan juga cerita dari peradaban Kesultanan Buton di masa lalu.

Rumah adat ini terbagi menjadi tiga jenis yakni kamali atau malige yang merupakan rumah atau istana tempat tinggal raja dan keluarga, benua tada tare pata pale yakni rumah siku yang memiliki tiang empat tempat tinggal para pejabat dan juga pegawai istana serta tada tare talu pale yang merupakan rumah siku bertiang tiga untuk tempat tinggal bagi orang biasa.

  1. Rumah Adat Buton

rumah adat Sulawesi Tenggara laikas

Gambar rumah adat Buton diatas ada di Sulawesi Tenggara yang sebenarnya dinamakan dengan banua walio dan dan yang ditempati oleh sultan dinamakan dengan malige. Secara umum, masyarakat lebih mengenal malige dengan sebutan rumah adat buton. Rumah ini memiliki bentuk rumah panggung dengan atap pelana bertumpang dua.

Pada bagian gevel rumah adat Sulawesi Tenggara ini memiliki jendela untuk angin dan pada bagian bawahnya terdapat teritis pelana. Untuk rumah bangsawan yang cukup berpengaruh, bentuk bangunan bisa setinggi empat lantai di mana ruang bubungan juga akan digunakan menjadi tempat untuk melakukan aktivitas.

Tiang penyangga rumah adat ini diteruskan dari bawah hingga atas dan dari atap akan ditumpangkan pada pondasi umpak berbentuk piramida terpancung. Bagian tangga utama untuk mencapai lantai panggung cukup besar dan luas yang berada di bagian depan. Sebelum sampai di bagian dalam rumah, akan terdapat teras yang lebarnya sama dengan tangga.

Baik tangga dan juga teras akan dibatasi dengan pagar karawang pendek. Denah rumah adat ini sendiri memanjang ke arah belakang dengan lima buah tiang depan yang mengartikan empat modul struktur pada bagian depan. Sedangkan untuk sisi lain, jumlah tiang samping akan berbeda yang disesuaikan dengan status sosial pemilik rumah.

Jika jumlah tiang empat, maka rumah tersebut milik rakyat biasa, jika sebanyak enam maka digunakan bangsawan dan jika berjumlah delapan maka ditempati oleh Sultan. Pembagian ruang untuk rumah sultan akan dimulai dari bagian depan sepanjang dua modul struktur yang dipakai untuk ruang adat bersama. Dengan lebar empat modul, maka struktur berarti ruang depan akan memiliki luas delapan modul struktur. Modul juga terbagi menjadi tiga ke belakang. Pada bagian kiri dan kanan setiap modul untuk kamar, sisi tengah dua modul untuk sirkulasi dan ruang pertemuan.

Modul struktur ketiga di sebelah kiri dipakai sebagai kamar tidur tamu dan untuk sebelah kanan digunakan sebagai ruang makan tamu. Modul keempat dipakai untuk anak sultan yang sudah menikah dan modul kelima untuk ruang makan sultan dan modul keenam serta ketujuh untuk kamar sultan beserta keluarga. Kamar kamar yang ada di lantai dua memiliki tangga sendiri setiap satu modul dan dipakai untuk tamu. Sedangkan untuk dapur terletak di bangunan berbeda yang lebih kecil di luar malige dan terhubung dengan koridor.