Kali ini kita akan membahas tentan Rumah Adat Riau.
Setiap provinsi di Indonesia tentunya memiliki kebudayaan masing masing dari mulai senjata adat, makanan, tarian, rumah adat dan lain sebagainya yang menjadi bukti kekayaan Indonesia.
Hal ini tentunya juga dimiliki oleh Riau yang memiliki segala kebudayaan tersendiri dan tidak dimiliki wilayah Indonesia lainnya.
Rumah adat Riau juga terdiri dari beberapa macam yang kali ini akan kami ulas secara lengkap untuk anda.
Isi Artikel
Daftar Nama Rumah Adat Riau
Balai Salaso Jatuh
Rumah adat Riau pertama adalah balai salaso jatuh yang digunakan untuk kegiatan bersama dan juga musyawarah dan kegiatan lain namun tidak digunakan untuk rumah pribadi. Balai salaso jatuh ini juga memiliki beberapa sebutan lain seperti balai penobatan, balirung sari, balai karapatan dan sebagainya. Meski begitu, sekarang bangunan ini sudah digantikan dengan rumah penghulu atau masjid.
Rumah adat Riau asli ini memiliki selaras keliling dan lantai yang lebih rendah dibandingkan ruang tengah. Rumah ini juga dipercantik dengan berbagai ukiran berbentuk tumbuhan atau hewan yang masing masing memiliki sebutan berbeda beda.
- Motif ukiran pada tangga disebut dengan lebah bergantung atau ombak ombak.
- Motif ukiran diatas pintu dan jendela disebut dengan lambai lambai.
- Motif ukiran di samping pintu dan jendela disebut dengan kisi kisi atau semut beriring.
- Motif ukiran di tiang disebut dengan tiang gantung.
- Motif ukiran di bidang memanjang atau melengkung disebut dengan kalok paku.
- Motif ukiran di ujung atas dan bawah tiang disebut dengan pucuk rebung.
- Motif ukiran di cucuran atap disebut dengan sayap layangan atau sayap layang layang.
- Motif ukiran di langit langit rumah atau ventilasi disebut dengan melur atau bunga cina atau bunga manggis.
- Motif ukiran di puncak atap disebut dengan selembayung atau sulobuyung.
Rumah Melayu Atap Lontik
Nama rumah adat Riau selanjutnya adalah rumah melayu atap lontik yang juga disebut dengan pancalang sebab pada bagian dinding depan diberi hiasan berbentuk perahu. Jika dilihat dari jauh, rumah ini memang akan terlihat seperti perahu yang dibuat oleh penduduk.Karena sebagian besar rumah ini ada di daerah yang berbatasan langsung dengan Sumatera Barat, maka diperkirakan juga berpengaruh pada rumah adat ini.
Keunikan rumah adat Riau ini adalah karena memiliki anak tangga dengan jumlah ganjil seperti lima, tujuh dan sebagainya. Angka lima lebih banyak dipilih karena keyakinan tentang agama Islam yang berdiri atas lima perkara yakni syahadat, sholat, zakat, puasa dan juga naik haji. Sementara untuk bentuk tiang rumah sangat bervariasi mulai dari segi empat, segi enam, segi tujuh, segi delapan dan juga segi sembilan.
Masing masing tiang dalam rumah adat ini memiliki arti dan juga makna yang diyakini masyarakat Riau. Untuk tiang segi empat melambangkan empat penjuru mata angin sama seperti segi delapan. Sedangkan untuk segi enam melambangkan jumlah rukun Islam dan juga kebenaran Islam.
Rumah Melayu Lipat Kajang
Gambar rumah adat Riau diatas bernama rumah Melayu Lipat Kajang. Nama ini diambil karena bentuk atap rumah seperti perahu yakni ujung atas bangunan yang juga melengkung ke atas sehingga juga sering disebut dengan lipat kejang atau pohon jerambah.
Jenis bangunan adat Riau ini masih bisa dilihat hingga sekarang di Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi yang masih terpelihara dengan baik meski umurnya sudah sampai 2.5 abad. Rumah ini bisa dikatakan memiliki arsitektur modern. Rumah adat ini sudah tidak lagi digunakan penduduk Riau sehingga sebenarnya sangat disayangkan karena mengurangi keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
Rumah Melayu Atap Limas Potong
Rumah adat Riau berikutnya adalah rumah melayu atap limas potong yang sering digunakan oleh masyarakat Riau sebab umumnya masyarakat Riau yang merupakan suku Melayu. Rumah adat ini memiliki bentuk seperti limas yang terpotong yang masih bisa banyak ditemui di Kepulauan Riau.
Rumah adat ini termasuk dalam jenis rumah panggung dengan ketinggian sekitar 1.5 meter dari permukaan tanah namun juga bisa tergantung dari keinginan pemilik. Rumah ini memiliki lima bagian utama yakni teras, ruang depan, ruang tengah, ruang belakang atau tempat tidur dan juga dapur. Area depan rumah umumnya dipakai untuk memajang foto sejarah dari rumah limas potong tersebut. Sedangkan untuk ruang tengah memiliki aroma seperti pengantin khas Melayu dan bagian belakang yakni tempat tidur ditambahkan dengan kelambu yang menyatu dengan dapur.
Peralatan dapur dan juga peralatan makan khas Melayu yang masih terawat dengan baik juga dipajang pada bagian dapur rumah seperti tungku kayu, piring, sendok, panci, beberapa buah tempayan dan beberapa peralatan dapur lain. Dulu, salah satu tempayan berukuran besar akan diletakkan di luar bagian rumah yakni di sebelah anak tangga bawah.
Tempayan yang diisi air tersebut akan digunakan orang untuk mencuci kaki setiap kali akan masuk ke dalam rumah, maka harus melepaskan sepatu atau sandal kemudian mencuci kaki mereka hingga bersih.
Rumah Adat Riau Selaso Jatuh Kembar
Nama rumah adat Riau selanjutnya adalah rumah selaso jatuh kembar ini sudah ditetapkan oleh Gubernur Riau bernama Imam Munandar sebagai salah satu rumah adat resmi provinsi Riau. Rumah adat ini bahkan sudah dijadikan ikon serta simbol untuk provinsi riau.
Keunikan dari rumah adat Riau ini adalah bentuknya yang hampir sama dengan balai salaso jatuh. Letak perbedaannya adalah jika balai salaso yang digunakan untuk kegiatan musyawarah atau kegiatan bersama yang lain, namun untuk rumah selaso jatuh kembar ini digunakan untuk keperluan masing masing orang.
Rumah Adat Belah Bubung
Rumah adat Riau asli berikutnya adalah rumah adat belah bubung yang menjadi rumah dengan struktur panggung kurang lebih setinggi 2 meter dari permukaan tanah. Rumah ini dinamakan rumah adat bubung karena atap rangka dari rumah ini memakai bubung atau bambu dan desainnya juga terlihat seperti terbelah menjadi dua.
Rumah adat Riau ini biasanya dibuat dari material yang diambil dari alam. Untuk bagian tiang, bendul, tangga, gelagar dan juga rasuk memakai material kayu. Sedangkan untuk bagian dinding akan memakai papan dan atap yang berbentuk seperti pelana kuda terbuat dari daun rumbia atau daun nipah.
Rumah Singgah Sultan Siak
Rumah singgah sultan siak merupakan salah satu dari rumah adat Riau yang seperti namanya memang menjadi tempat persinggahan Sultan Siak, Sultan Syarif Qasim II. Model rumah adat ini juga masih tetap dipertahankan dengan bentuk aslinya dengan kombinasi warna, krem, keemasan, kuning dan juga biru.
Rumah panggung khas Riau ini juga terbuat dari kayu, sedangkan bagian atap memakai material asbes. Pondasi bangunan ini terbuat dari tiang untuk mengantisipasi air sungai yang pasang.
Rumah Inap Sultan Syarif Qasim II
Rumah inap Sultan Syarif Qasim II juga menjadi salah satu rumah adat khas Riau yang digunakan pada saat Sultan Siak ke-12 berkunjung ke Senapelan, Pekanbaru waktu itu. Sebenarnya, belum banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan rumah tua di Gang Pinggir tersebut.
Ada dua rumah yang pernah dikunjungi oleh Sultan Siak yakni Rumah Singgah dan juga Rumah Inap. Akan tetapi, umumnya warga hanya mengetahui tentang rumah singgah yang ada di jalan perdagangan di tepi Sungai Siak. Sedangkan untuk rumah inap sendiri masih belum terlalu terkenal.