Bentuk dan arsitektur dari rumah adat Kalimantan Tengah memiliki ciri khas tersendiri.
Jika rumah adat Kalimantan Barat memiliki rumah panjang, Kalimantan Utara memiliki rumah baloy, Kalimantan Timur yang memiliki rumah lamin dan Kalimantan Selatan yang memiliki rumah banjar, Kalimantan Tengah juga memiliki beberapa rumah adat yang terdiri dari beberapa jenis.
Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan ulasan tentang rumah adat Kalimantan Tengah dan penjelasannya yang beberapa diantaranya masih bisa anda lihat hingga sekarang.
Isi Artikel
Daftar Gambar + Nama Rumah Adat Kalimantan Tengah
Rumah Betang Muara Mea
Nama rumah adat Kalimantan Tengah yang pertama adalah rumah betang muara mea yang ada di Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Rumah adat ini memang dibangun pemerintah untuk melestarikan budaya dan sekarang sudah menjadi destinasi wisata di Desa Muara Mea.
Rumah adat Kalimantan Tengah khususnya suku Dayak ini masih terlihat sangat alami yang ada di dekat Taman Nasional Gunung Lumut. Meski terlihat sederhana, akan tetapi nilai budaya rumah ini masih sangat asri dan harus dilestarikan.
Rumah betang muara mea ini menjadi salah satu dari beberapa jenis rumah betang Kalimantan Tengah yang bisa dilihat hingga sekarang.
Rumah Betang Tambaba
Rumah adat Kalimantan Tengah selanjutnya adalah rumah betang tambaba yang ada di wilayah Barito Utara yang menjadi rumah adat suku Dayak di Kalimantan Tengah. Rumah adat ini dibangun dengan material kayu ulin dengan struktur khas yang sesuai dengan kepercayaan suku Dayak. Rumah betang tambaba ini menjadi salah satu cagar budaya di Kalimantan Tengah.
Rumah Betang Toyoi
Rumah betang toyoi bisa anda lihat dengan berkunjung ke Desa Tumbang Malahoi. Ketika berkunjung kesana, anda akan disambut dengan upacara adat bernama Tapung Tawar yang memang harus dilakukan sebab dipercaya bisa mengusir roh jahat sebelum anda masuk ke Rumah Betang tersebut. Rumah betang toyoi ini diberikan nama toyoi sesuai dengan pendiri rumah betang tersebut yang bernama Toyoi Panji. Sedangkan usia kayu ulin yang menjadi material pembuatan rumah ini sudah mencapai usia 150 tahun.
Meski rumah betang toyoi ini sudah mengalami pemugaran, akan tetapi keaslian dari rumah ini masih tetap terjaga dengan baik. Untuk bagian dalam rumah ini menggunakan kayu ulin dan untuk bagian luar rumah dilapisi dengan kulit kayu. Selain itu, rumah adat ini juga menggunakan tiang dengan bentuk bulat persegi yang semakin menambah keunikan rumah adat ini sebab tiang tersebut bisa dibentuk sedemikian rupa hanya dengan memakai alat yang sederhana, tidak memakai paku namun masih tetap berdiri dengan kokoh hingga sekarang.
Rumah Betang Damang Batu
Gambar rumah adat Kalimantan Tengah diatas adalah rumah betang damang batu yang ada di wilayah Desa Tumbang Anoi, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Gunung Mas. Untuk karakteristik rumah adat Kalimantan Tengah ini sebenarnya sama seperti rumah betang lain yakni menghadap ke Sungai Kahayan dan yang dibangun oleh Tamanggung Runjan seorang penduduk Tewah di tahun 1868.
Rumah Betang Desa Tumbang Bokoi
Rumah betang desa tumbang bokoi merupakan rumah adat Kalimantan Tengah meski sudah mengalami pemugaran atau dibangun kembali. Akan tetapi, rumah adat yang dibangun tersebut masih disesuaikan dengan rumah adat asli dan masih menggunakan kayu ulin sebagai material utamanya dengan tujuan agar pengunjung bisa mengetahui ciri dari suku Dayak yang memiliki hidup secara komunal. Ada banyak aktivitas yang dilakukan masyarakat suku Dayak dalam jenis rumah betang ini.
Rumah Betang Sei Pasah
Rumah adat Kalimantan Tengah ini berada di Desa Sei Pasah, Kapuas Hilir, Kapuas, Kalimantan Tengah. Rumah adat ini juga sudah mengalami pemugaran karena rumah yang sebelumnya hanya menyisakan bagian tiang saja dimana awalnya dimiliki oleh Talining E Toepak.
Namun, karena keterbatasan kayu ulin atau kayu besi, maka rumah ini tidak menggunakan material tersebut sehingga terlihat agak modern namun tetap menyisakan suasana Suku Dayak pada rumah adat tersebut. Pada bagian belakang rumah ini terdapat kuburan atau sanding. Ini merupakan kepercayaan agama Kaharingan dimana tulang manusia akan dikumpulkan dan diletakkan pada sadung. Selain itu, ada juga patung penjaga seperti sebuah ucapan selamat datang yang kini sudah dijadikan sebagai museum yang didalamnya terdapat banyak benda adat dan bersejarah dari suku asli Kalimantan yakni Dayak.
Pada awalnya, pembangunan rumah baru tersebut mengambil contoh dari rumah betang yang ada di Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur. Akan tetapi karena beberapa hal, pembangunan rumah betang tersebut sudah disesuaikan dengan situasi serta kondisi seperti terbatasnya kayu ulin atau disebut dengan kayu besi. Padahal, material utama pembuatan bangunan betang ini terbuat dari kayu ulin dari mulai pondasi hingga bagian atap. Untuk atap yang terbuat dari kayu ulin disebut dengan sirap. Namun sejak penebangan kayu ulin semakin terbatas dari segi perizinan, maka masyarakat juga jarang membuat sirap.
Dengan keterbatasan tersebut, akhirnya pembangunan rumah adat ini bisa diselesaikan namun dengan sentuhan sedikit modern dibandingkan dengan rumah betang yang ada di Desa Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang, Kabupaten Kapuas dan juga rumah betang yang ada di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau.
Menurut keterangan, patung penjaga yang asli sudah dicuri oleh kolektor benda bersejarah sehingga yang ada saat ini hanya berupa patung tiruannya saja. Tidak hanya patungnya saja yang dicuri, namun tulang belulang yang ada di dalam sandung juga ikut dicuri. Pencurian memang sangat banyak terjadi di Kalimantan Tengah dan itulah sebabnya ada banyak koleksi benda milik suku Dayak di beberapa museum internasional.
Rumah betang Pasir Panjang
Dari letak geografisnya, rumah betang pasir panjang ini ada di daerah Pangkalan Bun yakni ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat. Berbeda dengan rumah betang lain yang sudah mengalami pemugaran, rumah betang pasir panjang ini masih sangat asli dari mulai material yang digunakan hingga struktur yang ada di rumah betang tersebut.
Huma Gantung
Rumah adat Kalimantan Tengah selanjutnya adalah huma gantung. Huma dalam bahasa Dayak Ngaju memiliki arti rumah. Sedangkan gantung memiliki arti tinggi yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi suku Dayak pada zaman dulu. Tinggi tiang rumah adat ini sekitar 4 meter dan ada yang lebih tinggi dilengkapi tangga dua atau tiga susun. Huma gantung ini berbeda dengan betang baik dari luas maupun bangunannya. Huma gantung tidak terlalu besar seperti rumah betang namun memiliki tiang yang lebih tinggi.
Pintu rumah atau jalan keluar rumah ini ada di bagian depan tidak seperti betang. Panjang huma gantung ini umumnya sekitar 12 hingga 15 depa serta lebar skeitar 8 hingga 10 depa. Rumah adat ini akan dihuni beberapa keluarga yang merupakan keluarga turun temurun. Di beberapa tepat Kalimantan Tengah, masih bisa dilihat sisa huma gantung namun dalam keadaan rusak dan tidak terawat lagi seperti huma gantung yang ada di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Kapuas.