Ada begitu banyak budaya dan juga bangunan khas Indonesia yang menjadi ciri tersendiri bagi keberagaman budaya seperti salah satunya Rumah Adat Kalimantan Selatan. Kondisi alam Kalimantan Selatan yang memiliki banyak sungai dan struktur tanah berawa serta bergambut mempengaruhi pada bentuk dan struktur bangunan rumah adat Kalimantan Selatan.
Selain itu, rumah adat Kalimantan Selatan juga memiliki ciri dan fungsi yang berbeda beda dan ada sekitar 7 jenis rumah adat Kalimantan Selatan yang beberapa diantaranya akan kami ulas dalam artikel berikut ini.
Isi Artikel
Daftar Gambar + Nama Rumah Adat Kalimantan Selatan
Rumah Bubungan Tinggi
Nama rumah adat Kalimantan Selatan yang pertama adalah rumah bubungan tinggi. Rumah ini memiliki atap yang tinggi dan pada awalnya merupakan rumah kesultanan di Kalimantan Selatan yang kemudian banyak ditiru oleh masyarakat sekitar.
Kualitas serta keelokan seni dari rumah ini mencerminkan status sosial atau status ekonomi pemilik rumah. Ciri dari bangunan bubungan tinggi ini adalah bentuk ornamen yang ada yakni berbentuk ukiran yang biasanya terdapat pada tiang, papilis, tataban dan juga area tangga. Bentuk dari ukiran juga banyak dipengaruhi agama Islam seperti motif daun dan bunga serta motif binatang pada ujung pilis seperti burung enggang gading dan naga bermotif floral serta ada juga beberapa ukiran yang berbentuk kaligrafi.
Rumah Ba’anjung Gajah Baliku
Gambar rumah adat Kalimantan Selatan adalah rumah ba’anjung gajah baliku. Rumah ini menjadi rumah tradisional suku Banjar, Kalimantan Selatan yang pada zaman Kesultanan Banjar dipakai sebagai tempat inggal Warit Raja yakni keturunan garis utama atau pertama atau bubuhan para gusti. Rumah tersebut hanya dihuni oleh para calon pengganti Sultan untuk berjaga jaga jika ada sesuatu yang terjadi pada Sultan.
Sketsa rumah adat Banjar ini hampir serupa dengan rumah bubungan tinggi namun perbedaannya terletak pada ruang paluaran atau ruang tamu. Untuk bagian atap, rumah gajah baliku ini menggunakan konstruksi kuda kuda dengan atap perisai atau biasa disebut dengan atap perisai serta lantai ruangan yang datar sehingga menampilkan bentuk ruang yang disebut dengan ambin sayup. Sementara untuk kedua anjung sama sama menggunakan atap pisang atau biasa disebut dengan atap sengkuap.
Rumah Gajah Manyusu
Rumah Gajah manyusu merupakan salah satu dari macam macam rumah adat banjar dengan ciri khas bentuk atap limas dengan hidung bapicik atau atap mansart di bagian depan. Anjung memiliki atap pisang sasikat dan surambi memakai atap sindang langit.
Dulu, inti bangunan induk dari rumah adat gajah manyusu ini memiliki bentuk segi empat yang memanjang dari bagian depan ke belakang yang ditutupi pada bagian depannya dengan memakai atap perisai buntung yang dalam bahasa Banjar disebut dengan atap hidung bapicik.
Atap perisai buntung tersebut akan menutupi ruang surambi pamedangan sampai beberapa ruang lain di bagian belakangnya. Mengikuti perkembangannya, rumah hidung bapicik yang memiliki bentuk segi empat panjang ini ditambahkan kembali dengan ruangan hanya pada salah satu sisi bangunan yakni di samping kiri atau kanan bangunan dan juga bisa pada kedua sisinya baik kiri dan kanan secara simetris dan posisinya juga agak ke belakang.
Kedua ruangan tersebut sama sama memiliki ukuran yang sama panjang dan penambahan tersebut dalam bahasa Banjar disebut dengan disumbi dan ruang tambahan disebut dengan anjung dan bentuk inilah yang kemudian disebut dengan rumah gajah manyusu.
Rumah Tadah Alas
Rumah adat Kalimantan Selatan bernama rumah tadah alas khususnya menjadi rumah adat suku Banjar. Rumah tadah alas ini merupakan perkembangan dari rumah balai dini dengan cara menambahkan satu lapis atap perisai untuk kanopi di bagian depan. Atap kanopi tersebut dinamakan dengan tadah alas sehingga rumah ini dinamakan dengan tadah alas.
Pada awalnya, bangunan induk rumah adat ini menggunakan konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang di bagian depan ke belakang dan ditutupi pada bagian depannya menggunakan memakai atap perisai yang dalam bahasa Banjar disebut dengan atap gajah atau bias juga pada bagian depannya ditumpangi lagi dengan sebuah atap perisai. Atap perisai tumpang ini digunakan untuk menutupi dari mulai ruang surambi pamedangan dan bentuk bangunan pokok tersebut yang dinamakan dengan rumah tadah alas.
Seiring dengan perkembangannya, rumah adat Kalimantan Selatan ini kemudian dibentuk menjadi segi empat panjang dan sudah diberi tambahan dengan atap perisai tumpang serta ruangan tambahan ruangan yang hanya pada salah satu sisi bangunan bisa samping kiri atau kanan secara simetris dengan posisi agak ke belakang.
Rumah tadah alas ini mempunyai dua buah anjung yang dinamakan dengan ba’anjung dua. Pada jenis pertama dua buah anjung ditutup dengan atap sengkuap pisang sasikat sehingga juga disebut dengan rumah tadah alas ba’anjung pisang sasikat. Rumah adat ini kemudian juga disambung dengan atap jurai luar atau jurai laki sehingga ruang tambahan ini disebut dengan anjung jurai kanan dan juga anjung jurai kiri.
Rumah Adat Palimbangan
Rumah adat palimbangan merupakan salah satu rumah adat Kalimantan Selatan jenis rumah baanjung yang pada zaman Kesultanan Banjar digunakan sebagai hunian tokoh agama Islam dan para alim ulamanya. Keunikan rumah adat Kalimantan Selatan ini adalah bumbungan atam rumah yang memakai atap pelana dengan tebar layar yang dinamakan dengan tawing layar.
Umumnya, rumah palimbangan tidak memakai anjung namun jika memang menggunakan anjung, maka atapnya juga akan memakai atap pelana dengan tawing layar yang menghadap ke arah depan. Sementara di bagian teras atau emper depan ditutup dengan atap sengkuap atau atap lessenaardak yang disebut dengan atap sindang langit.
Namun untuk sekarang, atap teras disebut dengan atap sindang langit sudah dibuat melebar ke emper samping hingga depan anjung membentuk atap jurai luar. Fungsi dari rumah palimbangan ini adalah untuk golongan saudagar besar atau ulama pedagang yang biasanya berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan rumah balai laki.
Rumah Bangun Gudang
Sketsa rumah adat Banjar bernama rumah bangun gudang ini pada bagian atapnya memakai atap perisai dengan serambi pamedangan kecil pada bagian tengahnya. Sedangkan untuk atap dasar menggunakan atap perisai dengan serambi pamedangan kecil di tengah tengah. Pada bagian kiri dan kanan dari serambi pamedangan kemudian diubah menjadi dinding depan kecuali pada bagian tengah yang tetap dibiarkan sebagai serambi pamedangan kecil dan diapit di antara kedua dinding depan. Rumah adat Kalimantan Selatan ini mempunyai tiga pintu masuk yakni satu pada bagian tengah, kiri dan juga kanan pamedangan namun tidak memakai empat buah pilar seperti yang biasanya digunakan dalam teras rumah adat Banjar.
Rumah adat ini juga memiliki beberapa ciri khas seperti bagian atap yang berbentuk atap gajah atau perisai, tangga masuk yang ada di muka, memiliki pamedangan berukuran kecil, memiliki pintu masuk sebanyak tiga buah dan juga pintu masuk tawing halat sebanyak dua buah.
Joglo Gudang
Joglo gudang atau biasa disebut dengan limasan gudang juga merupakan rumah adat Kalimantan Selatan dengan ciri utama memakai atap yang berbentuk trapesium sehingga terlihat seperti piramida atau atap limas dan juga tidak mempunyai anjung atau sayap bangunan. Rumah ini juga sering disebut dengan rumah bulat sama seperti rumah yang ada di Kalimantan Barat.
Bentuk bangunan rumah joglo gudang ini memiliki tiga susunan atap limas yang berderet ke arah belakang dengan satu tambahan atap limas yang lebih kecil di bagian paling belakang dan menjadi area dapur atau padu. Rumah ini dibangun dengan konstruksi rumah panggung kayu memakai teknik lokal seperti pada rumah Banjar lainnya. Beberapa ruang yang ada di dalam rumah joglo gudang ini diantaranya adalah surambi sambutan, pamedangan atau serambi setengah terbuka, panurunan atau ruang tamu, paluaran atau ruang keluarga, palidangan atau ruang tidur, panampik dalam atau ruang dalam dan juga padapuran atau dapur.