Jika berbicara tentang rumah adat Jawa Tengah, maka hal pertama yang terlintas bagi kebanyakan orang adalah rumah joglo.
Namun sebenarnya, rumah tradisional provinsi yang beribukota Semarang ini tidak hanya joglo saja, namun masih ada beberapa jenis rumah adat lain yang masih bisa dilihat hingga sekarang.
Akan tetapi untuk rumah joglo memang sudah menjadi ciri khas dari Jawa Tengah sama seperti rumah gadang yang menjadi ciri khas dari orang Minangkabau.
Agar bisa lebih jelas, berikut kami berikan beberapa rumah adat Jawa Tengah dan penjelasannya sebagai tambahan informasi anda.
Isi Artikel
Daftar Nama Rumah Adat Jawa Tengah
Rumah Joglo
Rumah joglo adalah rumah adat Jawa Tengah yang paling terkenal. Dulu dikatakan jika hanya orang terpandang dan orang kaya saja yang bisa membangun rumah joglo tersebut sehingga secara tidak langsung, rumah joglo ini juga bisa menunjukan status sosial dan ekonomi dari pemilik rumah tersebut.
Rumah joglo ini memiliki beberapa bagian yang masing masing memiliki fungsi berbeda beda, yakni:
- Pendapa: Ruangan untuk menjamu para tamu yang datang.
- Pringgitan: Ruang tengah yang dipakai untuk menerima tamu namun masih memiliki hubungan dekat dengan pemilik rumah.
- Omah ndalem atau omah njero: Ruang tempat anggota keluarga untuk berkumpul.
- Senthong: Senthong atau kamar tidur yang terbagi menjadi senthong tengen yakni kamar kanan, kiwa atau kamar kiri dan juga tengah.
- Padepokan: Tempat untuk beribadah, menenangkan diri, tempat perlindungan dan juga kegiatan ritual lain yang sakral.
- Saka guru: Empat pilar utama sebagai penyangga rumah mewakili empat arah mata angin yakni timur, selatan, utara dan juga barat dimana dalam saka guru tersebut ada tumpang sari yang disusun dengan pola terbalik.
- Pintu rumah berjumlah tiga: Tata letak pintu ada di tengah dan kedua sisi kanan serta kiri yang melambangkan kupu kupu sedang berkembang di dalam keluarga.
Joglo Mangkurat
Rumah adat Jawa Tengah joglo mangkurat ini memiliki ciri khas yakni atap yang bersusun tiga atau dengan tiga sudut kemiringan dengan perbedaan batas antara masing masing sudut yang biasanya dibatasi dengan pemakaian lis plank seperti gambar rumah adat Jawa Tengah di atas.
Atap joglo mangkurat ini memiliki susunan pada atap utama yakni yang berada di paling atas serta memiliki proporsi lebih besar dan lebih tinggi menjulang.
Joglo Pangrawit
Model rumah adat Jawa Tengah diambil dari bangunan joglo yang hampir serupa dengan joglo mangkurat. Akan tetapi letak perbedaannya adalah pada atap utama yang ukurannya lebih kecil dan lebih panjang serta bumbungan yang lebih pendek jika dibandingkan dengan joglo mangkurat.
Joglo Hageng
Rumah adat Jawa Tengah bernama joglo hageng ini memiliki proporsi atap utama dan juga atap kedua dibawahnya yang lebih pendek sekaligus lebih landai jika dibandingkan dengan joglo mangkurat atau joglo pangrawit.
Jenis rumah joglo ini mempunyai bidang atap yang juga lebih luas. Joglo hageng memiliki ciri atap tritisan keliling yang luas dan bangunannya juga lebih luas dan lebih besar. Joglo hageng ini memiliki atap bersusun tiga yang masing masing atapnya memiliki lis plank atap pada bagian ujungnya.
Joglo Sinom
Jenis rumah joglo selanjutnya adalah joglo sinom. Bentuk atap joglo sinom ini adalah bentuk atap tritisan yang sama dengan joglo hageng akan tetapi untuk luas bangunan lebih kecil jika dibandingkan dengan joglo hageng. Bangunan joglo sinom ini memiliki proporsi atap utama yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan atap joglo hageng.
Atap rumah adat Jawa Tengah joglo sinom ini juga memiliki tiga susun dan tiga sudut kemiringan namun pertemuan di antara masing masing atap tidak memiliki pembeda dalam bentuk lis plak.
Joglo Lawakan
Nama rumah adat Jawa Tengah selanjutnya adalah joglo lawakan memiliki ciri atap yang bersusun dua. Bangunan ini memiliki bentuk yang terlihat lebih sederhana jika dibandingkan dengan joglo lain dengan atap yang bersusun tiga. Atap utama joglo lawakan ini lebih meruncing ke atas dan atap di bawah lebih landai dan melebar.
Banyak orang yang mengidentikan rumah adat Jawa Tengah ini seperti bentuk payung. Sedangkan untuk batas antara atap yang satu dengan yang lain hampir tidak memiliki batas pembeda berupa lis plank akan tetapi hanya beda dari sudut saja.
Joglo Jompongan
Rumah adat Jawa Tengah berikutnya adalah joglo jompongan. Atap joglo jompongan mempunyai ciri khas atap yang bersusun dua dan memiliki bumbungan atap yang memanjang ke arah samping kanan dan samping kiri.
Pertemuan antara kedua atap juga tidak dipisahkan dengan pembatas lis plank. Bangunan joglo jompongan ini memiliki denah lantai cenderung bujur sangkar. Selain itu, bangnan joglo jompongan juga tidak banyak menggunakan ornamen hiasan pada bagian atap yang berbeda dengan joglo lawakan yang memiliki ornamen di bagian atapnya.
Joglo Semar Tinandhu
Rumah adat Jawa Tengah berikutnya adalah joglo semar tinandhu yang juga memiliki perbedaan sangat jelas pada tiang penyangganya. Jika pada bangunan joglo biasanya memakai tiang kayu, namun pada joglo semar tinandhu ini menggunakan tiang penyangga yang diganti dengan dinding atau atap dipikul dengan dinding dinding.
Rumah Panggang Pe
Rumah panggang pe ini juga menjadi rumah adat Jawa Tengah yang memiliki empat atau enam tiang. Separuh tiang ada di bagian depan dibuat lebih pendek dari tiang yang ada di bagian belakang. Dari cerita sejarah, rumah panggang pe ini dulunya dipakai untuk tempat tinggal sekaligus juga warung. Panggang pe ini memiliki beberapa macam jenis yakni gedhang salirang, empak setangkep, gedhang setangkep, cere gancet, trajumas dan juga barengan.
Tiga jenis pertama mempunyai kesamaan yakni dua buah rumah yang digabungkan menjadi satu. Sedangkan trajumas memiliki enam tiang penyangga dan barengan yang memiliki dua atau lebih panggang pe berderet. Rumah panggang pe sebagian besar terbuat dari kayu tanpa cat dengan atap genteng. Panggang pe ini hingga sekarang masih bisa ditemukan di daerah Jawa Tengah yang berdekatan dengan Yogyakarta.
Rumah Tajug
Nama rumah adat Jawa Tengah selanjutnya adalah rumah tajug yang berguna sebagai tempat ibadah atau tempat sakral. Orang biasa tidak diperkenankan untuk membangun rumah adat ini sebab memiliki arti khusus tersebut. Ciri khas dari rumah tajug ini bisa dilihat dari atap yang memiliki bentuk bujur sangkar dengan bagian ujung yang runcing. Ada banyak jenis rumah tajug yang cukup dikenal seperti semar sinongsong, lambang sari, semar tinandu dan juga mangkurat. Bentuk rumah tajug ini juga masih bisa dilihat hingga sekarang yakni pada Masjid Agung Demak yang didirikan Walisongo pada masa Kerajaan Demak.
Rumah Limasan
Rumah adat Jawa Tengah ini disebut dengan limasan karena memang bentuk atapnya terlihat seperti limas. Atap rumah limasan ini memiliki empat sisi seperti yang digunakan dalam rumah adat Sumatera Utara. Ada beberapa tipe limasan yang terkenal seperti gajah mungkur, semar pindohong, klabang nyander dan juga limasan lawakan.