Tarian Maluku Utara – Maluku Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang baru terbentuk pada tanggal 4 oktober tahun 1999. Provinsi ini menjadi pemisah antara provinsi Maluku yang memiliki beberapa suku bangsa dengan kebudayaan yang juga berbeda beda. Wilayah Maluku Utara juga dulunya memiliki 2 kerajaan besar yaitu Ternate serta Tidore yang membuat kebudayaan Maluku Utara juga sangat beragam seperti salah satunya tarian daerah. Lalu, apa saja tarian Maluku Utara tersebut?, berikut penjelasan selengkapnya untuk anda.
Isi Artikel
Daftar Nama Tarian Maluku Utara
Tari Lalayon
Tari lalayon merupakan tarian daerah Maluku Utara jenis tari pergaulan yang mengandung pesan romantis dan tentunya cinta. Untuk itulah, tarian ini juga dilakukan secara berpasangan dengan gerakan indah. Untuk lagu pengiringnya adalah lagu Melayu yang menjadi elemen penting untuk menciptakan suasana romantis sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa terlihat.
Tarian Maluku Utara ini dimulai dengan penari yang merambah ke tengah pelataran dan mata penari akan saling berpandangan seperti pasangan yang sedang kasmaran. Penari pria lalu akan memperagakan gerakan seperti menggoda penari wanita dan penari wanita akan tersenyum sebagai tanda menerima godaan tersebut.
Tari lalayon ini biasanya dipertunjukkan dalam acara formal seperti pesta adat dan juga perkawinan. Tari ini juga memiliki makna sebagai ucapan syukur atas anugerah yang sudah diberikan oleh Tuhan.
Tari Salai Jin
Tari salai jin adalah salah satu tarian adat Maluku Utara lebih tepatnya berasal dari Ternate. Tarian ini dulunya digunakan masyarakat Ternate untuk berkomunikasi dengan bangsa jin alam gaib. Komunikasi tersebut bertujuan untuk meminta bantuan pada jin agar masalah yang dialami manusia bisa terselesaikan seperti penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga.
Ketika dipertunjukkan, tarian dilakukan berkelompok dan harus berjumlah genap untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Sedangkan untuk yang menarikan tarian ini bisa pria atau wanita atau juga bisa campuran pria dan wanita. Ketika ditampilkan, para penari umumnya akan kemasukan roh halus berupa jin dan masih tetap terjadi hingga sekarang.
Tari Soya Soya
Tari soya soya merupakan tarian tradisional Maluku Utara yang biasanya hanya dipertunjukkan sebagai pembuka acara penyambutan tamu terhormat. Dulu, tarian ini dijadikan sebagai penyambutan pasukan sesudah perang. Tarian ini menjadi jenis tarian perang yang digagas Sultan Baabullah untuk menyemangati pasukan Ternate sesudah Sultan Khairun tewas. Sultan Khairun sendiri merupakan ayah dari Sultan Baabullah yang tewas ketika merebut benteng Nostra Senora del Rosario atau Benteng Kastela dari Portugis pada tanggal 25 Februari 1570.
Pada saat itu, tari soya soya ini diartikan sebagai tarian pembebasan dari tangan Portugis. Para penari akan mengenakan busana putih berpadu dengan sambungan menyerupai rok warna hitam, merah, kuning dan hijau. Untuk hiasan kepala para penari juga memakai taqoa atau ikat kepala berwarna kuning sebagai simbol para prajurit perang.
Perlengkapan lain dalam tarian adalah ngana ngana atau pedang yang terbuat dari bambu berhias daun palem atau woka warna merah, kuning dan hijau. Ngana ngana ini akan ditambahkan dengan kerincing atau biji jagung pada bagian dalamnya. Selain itu, para penari juga akan membawa salawaku atau perisai diiringi dengan alat musik tifa atau gendang, saragai atau gong dan gono berukuran kecil yang disebut dengan tawa tawa.
Tari Tide Tide
Tarian khas Maluku Utara selanjutnya adalah tari tide tide yang berasal dari Halmahera Utara, Maluku Utara. Ini merupakan tarian yang dilakukan secara berpasangan antara penari pria dan wanita dalam acara tertentu. Ini merupakan tarian pergaulan tradisional yang sangat terkenal dan ditampilkan dalam acara adat atau hiburan seperti pesta adat, pernikahan adat dan lainnya.
Tarian Maluku Utara ini biasanya dilakukan 4 sampai 6 orang penari yang terdiri dari pria dan wanita dengan gerakan yang khas didominasi gerakan tangan berayun ke depan bergantian dengan gerakan kaki melangkah sesuai dengan gerakan tangan. Selain itu, ada juga gerakan seperti dansa dan saling berpegangan tangan dengan posisi wanita yang merendah dan menari sambil berjongkok.
Tarian khas Maluku Utara ini akan diiringi dengan alat musik tradisional berupa seruling, tifa, gong dan juga biola. Sementara untuk kostumnya, para penari pria akan mengenakan kemeja panjang, celana panjang serta penutup kepala berwarna serupa dengan baju. Sementara untuk wanita akan mengenakan kebaya dan kain batik khas Maluku Utara untuk bagian bawah dan rambut akan disanggul berhiaskan seperti kembang goyang atau lainnya.
Tari Gumatere
Tari gumatere adalah tarian tradisional Morotai yang berfungsi untuk memohon petunjuk ketika menghadapi masalah atau fenomena alam yang sedang terjadi. Tarian Maluku Utara ini umumnya dilakukan hingga 30 penari pria dan wanita. Untuk penari pria akan memakai pedang serta tombak sebagai properti dan untuk wanita akan menggunakan lenso. Tarian ini terlihat semakin unik karena akan ada seorang penari yang menggunakan kain hitam, nyiru dan juga lilin untuk melakukan ritual meminta petunjuk.
Tari Dengedenge
Tari dengedenge adalah tarian daerah Maluku Utara jenis tari pergaulan lebih tepatnya berasal dari Halmahera Utara. Tarian biasanya dilakukan oleh sekelompok penari pria dan wanita. Ketika ditampilkan, tarian ini akan diiringi dengan nyanyian berupa syair pantun dan memiliki makna tentang cinta serta harapan untuk masa depan. Seringkali, tari dengedenge ini juga akan diakhiri dengan kesepakatan menikah antara penari pria dan wanita.
Tari Lelehe
Tari lelehe merupakan tarian adat Maluku Utara lebih tepatnya masyarakat suku Tobelo. Tarian akan dilakukan pria dan wanita baik dewasa dan anak anak. Tarian biasanya juga dilakukan dengan 2 alat berbahan bambu berukuran 2 hingga 3 meter untuk properti menari. Dalam perkembangannya, tarian lelehe juga dilakukan pada acara adat, malam perkawinan dan juga acara festival budaya.
Tari Cakalele
Ini merupakan tarian Maluku Utara jenis tari perang yang biasanya dilakukan pria namun juga bisa dilakukan wanita sebagai penari pendukung. Dari beberapa sumber mengatakan jika tarian ini dulunya dilakukan sebelum dan sesudah prajurit pulang dari perang. Namun untuk sekarang ini, tari cakalele tidak lagi ditarikan sebagai tari perang akan tetapi hanya sebagai pertunjukan atau perayaan adat sekaligus penghormatan terhadap nenek moyang mereka pada kala itu.
Ketika dipertunjukkan, para penari pria akan dilengkapi dengan parang atau pedang dan juga salawaku atau tameng. Sedangkan untuk penari wanita akan menggunakan lenso atau sapu tangan ketika menari. Nantinya, tarian akan dipimpin oleh satu orang yang berperan sebagai kapitan atau seorang pemimpin tarian dan seseorang yang memakai tombak untuk menjadi lawan dalam pertandingan.
Para penari akan memperlihatkan gerakan khas mengikuti musik pengiring dan genderang. Sedangkan gerakan penari pria dan wanita sangat berbeda dimana pria lebih terlihat lincah sambil memainkan parang dan salawaku serta gerakan kaki berjingkrak, Sedangkan untuk wanita didominasi dengan gerakan tangan yang diayunkan secara bergantian ke depan dan kaki dihentakan dengan cepat mengikuti iringan musik.