Tarian Sumatera Selatan – Sumatera Selatan terbentuk dari paduan banyak kebudayaan yang berbeda sejak dulu sehingga juga memberikan banyak peninggalan sejarah kebendaan. Selain pakaian adat serta rumah adat, provinsi yang memiliki ibukota Palembang ini juga punya banyak jenis tarian tradisional yang sudah digunakan sebagai hiburan rakyat dari dulu. Apa sajakah tarian tersebut?, berikut penjelasannya untuk anda.
Isi Artikel
Daftar Nama Tarian Sumatera Selatan
Tari Kubu
Tarian Sumatera Selatan bernama tari Kubu berasal dari Suku Kubu yang menjadi suku di perbatasan antara provinsi Jambi dengan Sumatera Selatan. Kehidupan yang masih semi nomaden di sekitar hutan Taman Nasional Bulit 12 membuat masyarakat Kubu memiliki pola kehidupan yang homogen dan terlihat dari mata pencaharian berupa berburu dan berladang.
Suku Kubu sangat tergantung dengan alam yang bisa dilihat pada upacara pengobatan tradisional ketika sakit parah. Suku Kubu percaya jika seseorang yang sedang sakit tersebut sedang dirasuki roh jahat sehingga upacara sesudah pemberian obat tradisional untuk mengusir roh jahat juga dilakukan.
Upacara pengobatan tradisional tersebut yang kemudian menginspirasi tari kreasi bernama tari Kubu. Tarian adat Sumatera Selatan ini dilakukan 5 orang pria dan 5 orang wanita memakai busana keseharian masyarakat suku Kubu.
Tari Ngantat Dendan
Tarian daerah Sumatera Selatan ini adalah tari kreasi yang sengaja digarap khusus untuk menggambarkan iring iringan pengantin pria pada pernikahan adat Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Ciri dari tarian ini adalah memakai properti jaras yakni rantang berukuran besar yang diikat menggunakan selendang dan diletakkan di atas kepala.
Pada budaya Lubuklinggau, jaras dalam pernikahan adat dipakai untuk wadah menampung barang yang sudah diminta mempelai wanita sebagai mahar pernikahan. Jaras dalam rombongan mempelai pria umumnya dibawa para wanita dari mulai ibu ibu hingga gadis. Untuk itulah ketika dituang dalam tarian, maka akan dilakukan para wanita.
Tari Petake Gerinjing
Tarian khas Sumatera Selatan bernama tari petake gerinjing adalah tari kreasi yang bercerita tentang masyarakat di daerah Pagaralam dan mendapat azab sebab tidak patuh dengan norma dan adat istiadat. Azab ini digambarkan dengan bencana banjir yang menyapu peradaban.
Ketika dipertunjukkan, pada awal babak gerakan bercerita tentang kehidupan masyarakat yang dulunya tentram dan mendapat azab sebab banyak berbuat zinah, membuang sampah sembarangan serta tidak melestarikan alam. Gerak tarian ini merupakan kombinasi tradisional serta kontemporer. Ketika bencana banjir bandang datang sebagai azab akan disimbolkan dengan bentangan kain yang digoyangkan seperti gelombang air.
Tari Seluang Mudik
Tari seluang mudik adalah tarian dari Sumatera Selatan dari Kabupaten Banyuasin. Tarian ini bercerita tentang tingkah laku dan gerak gerik ikan seluang pada musim seluang mudik. Ikan seluang sendiri adalah ikan air tawar yang banyak hidup di rawa dan digunakan sebagai lauk untuk masyarakat Sumatera Selatan. Ikan seluang juga memiliki kebiasaan unik yakni berkumpul dan berpindah secara bersama sama.
Tarian ini umumnya dilakukan 6 hingga 8 wanita dengan busana warna keemasan yang diadaptasi dari warna ikan seluang mengkilat. Para penari juga akan memakai kipas sebagai properti sebagai simbol ekor ikan seluang yang selalu bergerak. Gerakan tarian merupakan kombinasi dari gerakan tangan gemulai namun tetap bertenaga. Di beberapa bagian, penari akan membentuk formasi berkumpul sambil mengibaskan kipas yang menggambarkan sifat ikan seluang ketika masuk ke musim seluang mudik.
Tari Pagar Pengantin
Tari pagar pengantin adalah satu dari tari tarian daerah Sumatera Selatan yang digunakan sebagai simbol untuk melepas masa lajang pengantin wanita serta sebagai perpisahan dengan orang tua karena ketika sudah menikah akan menjadi tanggung jawab suami. Untuk itulah, tari pagar pengantin biasanya ditampilkan ketika resepsi pernikahan.
Tari pagar pengantin ini juga memiliki arti khusus yaitu melambangkan sebuah perpisahan para pengantin perempuan dari masa remaja, melepas masa lajang, berpisah dengan sahabat dan teman serta menjadi tarian terakhir untuk mempelai puteri disebabkan karena setelah masa itu tidak lagi diperbolehkan untuk menari di depan umum lagi kecuali atas izin suami.
Sendratari Konga Raja Buaye
Tarian asal Sumatera Selatan selanjutnya adalah sendratari konga raja buaye diangkat dari legenda masyarakat Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Legenda ini bercerita tentang seorang raja bernama Buaya yang mengancam masyarakat di sebuah dusun Kabupaten Musi Rawas. Raja Buaya adalah jelmaan seorang puteri yang cantik lalu datang pemuda dengan wajah tampan dan Raja Buaya mampu ditaklukan oleh pemuda tersebut hingga masyarakat bisa bebas dari ancaman buaya pemangsa.
Tari Bidudari
Tari bidudari, tari kembang bidudari atau tari kebagh adalah tarian tradisional Dusun Padang Langgar yang sekarang disebut dengan Dusun Pelang Kenidai. Dulunya, tarian Sumatera Selatan ini dilakukan para bidudari atau bidadari sebelum terbang ke khayangan.
Tari bidudari ini tidak boleh ditampilkan sembarangan karena harus melewati beberapa ritual agar berjalan dengan baik dan penari bisa selalu tampil dengan cantik seperti bidadari. Tarian adat Sumatera Selatan ini biasanya ditampilkan untuk menyambut petinggi atau raja zaman dulu. Nantinya, tarian akan diiringi dengan musik khas serta pakaian adat khas Besemah. Tarian ini memperlihatkan gerakan seperti terbang dengan tangan yang selalu melambai lambai sehingga terlihat sangat indah.
Tari Gending Sriwijaya
Tarian gending sriwijaya Sumatera Selatan adalah peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya yang dulu ditampilkan untuk kalangan dalam kerajaan sebagai tarian menyambut tamu kerajaan. Untuk sekarang, tarian Sumatera Selatan ini biasanya dilakukan masyarakat Palembang dalam acara pernikahan, pertemuan instansi pemerintahan hingga acara budaya.
Tarian ini dilakukan 9 penari wanita yang menjadi lambang dari 9 sungai di Sumatera Selatan. Para penari akan dikawal 2 pria lengkap memakai payung serta tombak di tangan. Seorang penari gending akan membawa tepak berisi sekapur sirih yang akan diberikan pada tamu sebagai bentuk penghormatan.
Tari Kipas Serumpun
Tari kipas serumpun merupakan tarian daerah Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Banyuasin yang bercerita tentang jalinan persahabatan antara masyarakat. Tari ini diciptakan untuk menyatukan masyarakat dengan kegembiraan. Tarian ini juga memiliki makna pentingnya saling bergotong royong untuk sesama manusia.
Tarian Gegerit
Tarian ini adalah tari tradisional Lahat yang menceritsksn mengenai perjuangan perempuan ketika menghadapi penjajahan. Kata gegerit bisa diartikan dengan lelah dan kaku. Pengertian kaku dalam tari membuatnya terlihat patah patah atau kaku pada setiap gerakan seperti setengah jongkok sambil memainkan sayap di bahu.
Tari gegerit umumnya dilakukan 4 orang penari wanita memakai baju adat Lahat warna merah marun. Pada bagian bahu terdapat kain songket seperti sayap dan untuk kepala dihiasi dengan ayun ayun, cempako, pilis serta teratai. Sayangnya, keberadaan tarian ini hampir punah karena sudah jarang ditampilkan.
Tari Tenun Songket
Seperti namanya, tarian ini merupakan gambaran tradisi menenun masyarakat Palembang yang sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Gerakan tangan dalam tarian tradisional Sumatera Selatan ini umumnya memperlihatkan kegembiraan ketika menenun kain songket.
Tari Tanggai
Tari tanggai merupakan tari tradisional dari masyarakat Palembang yang menjadi tari penyambutan tamu dan pejabat negara. Dari beberapa sumber, tarian khas Sumatera Selatan yang berawal dari tradisi atau ritual persembahan masyarakat Budha di Sumatera Selatan pada para Dewa. Pengaruh budaya Tionghoa dalam tarian ini sangat kental seperti kondisi Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat penyebaran agama Budha di Indonesia.