Kali ini kita akan membahas tentang Rumah Adat Jambi.
Jambi merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yakni di tengah pulau Sumatera.
Jambi sendiri terbentuk pada abad ke-18 sesudah Kerajaan Melayu Jambi muncul yang ada di pinggiran Sungai Batanghari.
Mayoritas suku di Jambi adalah Melayu yang memiliki banyak keunikan seperti salah satunya adalah rumah adat Jambi.
Rumah tradisional khas Jambi ini mempunyai arsitektur yang sangat unik dan kaya akan filosofi mendalam.
Supaya bisa lebih jelas, berikut akan kami berikan tentang macam macam rumah adat Jambi selengkapnya untuk anda.
Isi Artikel
Daftar Nama Rumah Adat Jambi
Kajang Leko
Kajang leko merupakan rumah panggung yang memiliki desain hunian baru. Rumah ini sudah ditetapkan sebagai rumah adat Jambi sesudah beberapa proses pencarian yang cukup panjang dan akhirnya ditentukan jika kajang leko dijadikan rumah adat Jambi. Rumah panggung ini memakai desain arsitektur Marga Batin.
Rumah ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 12 meter x 9 meter yang ditopang tiang sebanyak 30 berukuran besar. 24 tiang merupakan tiang utama, sedangkan 6 buah tiang merupakan tiang pelamban. Bangunan ini memiliki tangga masuk yakni sebelah kanan sebagai tangga utama dan juga tangga lain yang disebut dengan tangga panteh.
Desain rumah adat Jambi ini juga memiliki konstruksi yang unik. Bagian atap disebut dengan gajah mabuk yang menurut cerita namanya diambil dari pembuat desain rumah tersebut. Bubungan atap ini terlihat seperti perahu dengan bagian ujung atas yang melengkung. Sedangkan untuk langit langit menggunakan material bernama tebar layar yakni sebuah plafon yang berguna untuk memisahkan loteng sebagai tempat penyimpanan. Untuk itu, tangga petetah juga ditambahkan yang berguna untuk naik ke atas genteng.
Fungsi Rumah Adat Kajang Leko
Rumah ini memiliki fungsi sebagai identitas budaya. Sedangkan dulunya, rumah ini merupakan bangunan tempat tinggal. Untuk mendukung fungsi sebagai sebuah hunian, rumah kajang leko ini dibagi dalam beberapa ruangan dan masing masingnya memiliki fungsi berbeda beda.
- Ruang Pelamban
Ruang pelamban merupakan ruangan yang ada di bagian kiri bangunan. Struktur ruangan ini secara khusus dibuat dari material bambu belah yang sudah diawetkan dan disusun jarang agar air bisa tetap mengalir. Seperti namanya, ruangan ini dipakai untuk para tamu yang sedang datang berkunjung akan tetapi belum mendapat izin untuk masuk ke dalam rumah.
- Gaho
Gaho juga merupakan ruangan yang ada di sebelah kiri dari bangunan namun posisinya memanjang. Fungsi dari ruangan ini adalah untuk menyimpan barang dan persediaan makanan yang sekaligus juga menjadi area dapur. Di dalam ruangan ini akan terlihat ukiran bermotif ikan pada bagian dindingnya.
- Masinding
Masinding merupakan ruang bagian depan kiri dari rumah adat Jambi. Ruangan ini berguna untuk menggelar ritual kenduri atau musyawarah sehingga ukurannya juga sangat luas. Pada bagian dinding terdapat motif ukiran seperti motif tampuk manggis di bagian atas pintu masuk, ukiran motif bungo tanjung di bagian depan masinding dan juga ukiran motif bungo jeruk pada bagian luar dari belandar atas pintu.
- Ruang Tengah
Seperti namanya, ruang tengah merupakan bagian tengah rumah yang tidak terpisah dari ruangan masinding. Ketika kenduri sedang berlangsung, maka para wanita akan menempati ruangan tersebut.
- Ruang Balik Menalam
Ruang balik menalam merupakan ruangan yang terbagi lagi menjadi beberapa kamar seperti kamar tidur anak perempuan, kamar tidur orang tua dan juga ruang makan. Sedangkan untuk para tamu tidak diperbolehkan untuk masuk ke ruang balik menalam ini.
- Ruang Balik Malintang
Ruang balik malintang ini merupakan ruangan yang ada di sebelah kanan dan menghadap ke ruang masinding dan juga ruang tengah. Lantai ruang balik malintang ini sengaja dibuat lebih tinggi dibandingkan dengan ruang lainnya.
- Bauman
Bauman merupakan satu satunya ruangan yang tidak memiliki lantai dan dinding di rumah adat Jambi ini. Ruang bauman hanya dipakai untuk memasak ketika ada acara kenduri atau kegiatan lainnya.
Keunikan Kajang Leko
Apabila diperhatikan, bentuk rumah adat kajang leko dari Jambi ini umumnya memiliki keunikan dan ciri khas sehingga berbeda dengan rumah adat Jambi lainnya.
- Struktur seperti rumah panggung serta dilengkapi dengan dua buah tangga yakni tangga utama dan tangga tambahan.
- Bentuk atap seperti perahu lengkap dengan cabang berbentuk melengkung dan saling bertemu.
- Dinding dilengkapi dengan ukiran motif beragam yang masing masing memiliki arti tersendiri. Ukiran motif ikan melambangkan pekerjaan masyarakat sebagai nelayan, bunga, daun dan buah menjadi lambang pentingnya hutan bagi masyarakat Melayu Jambi.
Rumah Batu Pangeran Wirokusumo
Gambar rumah adat Jambi diatas adalah rumah batu Pangeran Wirokusumo. Pangeran Wirokusumo memiliki nama asli Ali Idrus Al-Jufri yang didapat dari belanda yakni rumah yang terbuat dari material batu. Dulu dikatakan jika Raden Mattaher yang sedang bersembunyi dicari oleh pihak Belanda. Pihak Belanda kemudian bertanya pada Pangeran Wirokusumo dan diberitahu oleh pangeran tersebut tentang lokasi persembunyian Raden Mattaher. Belanda kemudian memberikan hadiah sebuah rumah dengan tiga gaya arsitek yakni perpaduan Belanda, Melayu dan juga Tionghoa.
Rumah Adat Merangin
Rumah adat Merangin yang disebut dengan rumoh tuo rantau panjang adalah salah satu dari macam macam rumah adat Jambi lebih tepatnya Kabupaten Merangin yang menjadi tempat tinggal suku Batin berbentuk rumah panggung. Rumah ini memiliki konstruksi unik yang terbuat dari material kayu dan tidak menggunakan paku sama sekali.
Di desa Rantau Panjang memiliki 60 buah rumah yang masih berdiri dengan kokoh hingga saat ini. Rumah adat Jambi ini terbuat dari material kayu yang disanggah dengan beberapa tiang. Bangunan ini berbentuk memanjang ke arah samping dengan tangga, pintu masuk dan juga beberapa buah jendela berukuran besar. Dulu, atap rumoh tuo rantau panjang ini terbuat dari ijuk. Namun karena memperoleh ijuk cukup sulit, maka atap rumah adat ini diganti memakai seng. Yang membuat rumah adat ini menarik adalah harus menunduk ketika ingin masuk lewat pintu karena tingginya yang hanya 1 meter.
Bentuk rumah di desa ini sangat seragam dengan warna coklat terang dan dibagi menjadi tiga ruangan. Pintu yang berukuran pendek tersebut merupakan lambang kesopanan dan juga tata krama yang dilestarikan penduduk setempat. Seperti rumah adat lainnya, bangunan ini juga terdiri dari beberapa ruangan, yakni:
Ruang pertemuan: Ruang pertemuan dengan lantai terbagi kembali menjadi tiga bagian yang dipisahkan dengan sekat kayu berukuran 10 cm. Lantai yang agak tinggi disebut dengan Balai Melintang untuk Ninik Mamak dan juga ulama. Sedangkan untuk lantai tengah digunakan untuk keluarga dan lantai lorong menuju ke ruang kedua yang digunakan oleh para pekerja.
Hal menarik lain dari rumah adat Jambi ini adalah tahan terhadap gempa sebab memiliki kayu sendi yang dipakai sebagai bantalan tiang penyangga. Selain kayu sendi, rumah ini juga awet hingga ratusan tahun karena menggunakan getah pohon ipuh yang dioleskan pada kayu sebanyak lima tahun sekali.
Selain digunakan sebagai tempat tinggal, rumah tuo rantau panjang ini juga dijadikan museum dengan berbagai koleksi benda tradisional. Bagian dinding dihiasi dengan ukiran indah dan juga pada bagian penyangga rumah. Ada juga beberapa hiasan lain yang digunakan seperti tempat sirih, kepala kerbau, keramik kuno dan juga ambung yang dipakai warga untuk membuat hasil pertanian.