Kerajaan Sriwijaya pada masa lalu sudah mewarisi ragam adat dan juga kebudayaan yang dilakukan secara turun temurun khususnya bagi masyarakat Melayu yang tinggal di provinsi Sumatera Selatan.
Salah satu warisan budaya yang masih ada hingga saat ini adalah pakaian adat Palembang.
Pakaian adat Palembang sendiri memiliki 2 jenis gaya busana yakni aesan gede dan juga aesan pasangko yang biasanya akan dikenakan ketika pernikahan yang akan kami bahas secara lengkap dalam ulasan berikut ini untuk inspirasi dan mengenal lebih jauh tentang baju adat dari Indonesia khususnya Palembang.
Isi Artikel
Daftar Nama Pakaian Adat Palembang
Aesan Gede
Aesan gede merupakan pakaian kebesaran. Aesan gede ini menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang menampilkan kemewahan, keanggunan dan juga keagungan yang didominasi dengan warna merah dan benang emas. Sedangkan kain menggunakan tenunan kain songket berunsur keemasan dan gemerlap sesuai dengan citra Sriwijaya ketika zaman dulu yang terkenal sebagai Swarna Dipa atau Pulau Emas.
Menurut para pakar, pakaian adat Palembang asli ini mendapat pengaruh dari kebudayaan luar karena letak geografis Palembang yang memiliki pelabuhan besar tempat para pedagang luar singgah seperti Arab, Cina dan juga Jawa.
- Pakaian Adat Palembang Wanita
Bentuk busana aesan gede pada pengantin wanita dibagi menjadi 4 yakni bagian kepala, tubuh, tangan dan juga kaki. Pada bagian kepala terdiri dari bungo rampai, gandik, tebeng malu, kesuhan, gelung malang dan kelapo standan. Sedangkan pada bagian tubuh terdiri dari kalung kebo munggah, teratai dan juga songket. Untuk bagian tangan terdiri dari gelang gepeng, gelang sempuru, gelang kulit bahu dan juga gelang ulo betapo. Sedangkan untuk kaki adalah cenela.
Bungo rampai memiliki bentuk seperti bunga cempaka dengan tangkai yang terbuat dari emas. Bungo rampai ini memiliki nilai nilai religius yakni manusia yang harus selalu menutup aurat pada lawan jenis yang bukan muhrim. Untuk gandik memiliki bentuk seperti ikat kepala terbuat dari kain beludru berwarna merah dan pada bagian atas dihiasi dengan ornamen dengan nilai berupa ketenangan hati dan juga pikiran.
Tebeng malu pada pria dan juga wanita memiliki bentuk bola bola berwarna warni yang dirangkai dan dipasang pada bagian samping telinga dengan makna manusia yang harus menjaga pandangan mereka. Untuk nilai yang terkandung pada gelung malang, kesuhan dan juga kelapo standan adalah gelung malang yang merupakan rambut digelung untuk memberi kesan rapi membentuk garis horizontal melengkung dengan arti jika perempuan Palembang merupakan sosok anggun yang selalu mengutamakan kerapian dan memiliki ketenangan ketika sedang menghadapi sesuatu.
Untuk kesuhun pada penganting wanita memiliki motif hias cen yang mengartikan jalan kelahiran, asal kehidupan dan juga dianggap sebagai bentuk penghormatan dan juga penghargaan pada wanita sebagai pusat kehidupan. Teratai merupakan penutup area dada dengan hiasan bunga teratai yang memiliki simbol rasa kesabaran dan ketabahan dalam segala hal baik pada pria atau wanita.
Songket yang dipakai dalam adat pernikahan Palembang mempunyai motif geometris abstrak murni yakni perulangan garis zig zag yang disebut dengan motif tumpal. Motif tumpal tersebut merupakan simbol dari keramahan, ketertiban dan juga saling menghormati antar masyarakat Palembang. Untuk kebo munggah berbentuk kalung susun tiga dengan ornamen bentuk kepala kerbau yang memiliki fungsi estetis.
Gelang gepeng memiliki bentuk bulat tipis dengan hiasan bunga dn tanaman, gelang sempuru memiliki bentuk pipih yang terbuat dari lapisan emas atau kuningan dan gelang ulo betapo memiliki bentuk bulat dengan ornamen kepala ular di sekeliling gelang baik untuk pria dengan wanita yang memiliki nilai sosial saling menguatkan, persatuan dan menjaga kerukunan.
Canela adalah alas kaki yang berbentuk seperti trompa atau slop. Perbedaan cenela pria dan wanita hanya terletak pada ukurannya saja yang memiliki simbol jika setiap kali melangkah dalam kehidupan maka harus memiliki pelindung diri yakni agama.
- Pakaian Adat Palembang Pria
Nama pakaian adat Palembang aesan gede untuk pria juga terdiri dari beberapa bagian yakni kesuhun dan tebeng malu. Pada bagian tubuh terdiri dari kalung kebo munggah dan juga slempang sawit. Untuk bagian tangan terdiri dari gelang kulit bahu, gelang gepeng, gelang sempuru dan juga gelang ulo betapo. Sementara untuk bagian kaki pengantin pria memakai celano sutra dan juga cenela.
Kesuhun pengantin pria memiliki 2 motif yakni motif hias cemen dan juga motif hias bunga. Motif hias cemen adalah simbol jika pria harus memiliki sifat yang berani karena mempunyai tugas pokok untuk melindungi keluarga serta masyarakat. Sedangkan motif kedua adalah motif hias bunga mawar yang menjadi lambang keagungan dan kesucian. Selempang sawit adalah selempang yang digunakan pada bahu pria atau wanita yang memiliki simbol jika pria dan wanita harus sejajar dan tidak ada yang diatas atau dibawah.
Celano sutra yang merupakan bagian dari pakaian adat Palembang pria memiliki motif ukel dengan makna sifat lemah lembut. Sedangkan pada bagian bawah celana juga terdapat bordir berbentuk bunga dengan tangkai panjang atau menjalar yang disebut dengan motif sulur sebagai simbol kemujuran, kebahagiaan dan lambang harapan masa depan yang lebih baik.
Aesan Paksangko
Gambar pakaian adat sumatera selatan aesan paksangko yang memiliki filosofi keagungan. Pakaian adat Palembang ini lebih sering digunakan dalam pernikahan yang dikenakan kedua mempelai dengan kombinasi warna merah dan juga emas. Untuk mempelai wanita akan menggunakan baju kurung dengan warna merah dan juga motif bintang berwarna keemasan sehingga membuat pakaian adat ini terlihat semakin unik.
Pengantin wanita juga menggunakan kain songket lepus bersulam emas dan juga teratai pada bagian dada lengkap dengan mahkota paksangkong, kembang goyang kelapo standan, kembang kenango dan juga aksesoris lain berwarna kuning keemasan.
Untuk pengantin pria akan memakai baju dengan warna senada dan tidak jauh berbeda. Para pria akan memakai baju bermotif tabur bunga emas, seluar pengantin atau celana pengantin, songket lepus, selempang songket dan juga songkok atau kopiah berwarna emas untuk menutupi kepala.
Kain tenun songket sendiri merupakan kain tenun khas Sumatera Selatan yang terbuat dari bahan dasar benang emas yang ditenun membentuk beberapa motif tertentu seperti lepus, bunga inten, kembang suku hijau, pulir biru, jando beraes, bungo cino, tretes midar dan juga motif bunga pacik. Sedangkan beberapa aksesoris yang digunakan para pengantin baik pria dan wanita biasanya memiliki unsur emas baik dalam busana adat aesan paksangko atau aesan gede. Begitu banyaknya aksesoris yang dikenakan pada pakaian tradisional ini, maka cara memakai pakaian adat Palembang ini juga membutuhkan waktu yang lumayan lama. Pengantin pria dan juga wanita sama sama dihias bersama sehingga bisa tampil layaknya seorang raja dan ratu di hari pernikahan mereka.