Pulau Kalimantan dijuluki dengan pulau seribu pulau karena memang ada begitu banyak sungai di berbagai area Kalimantan. Sungai yang ada di Kalimantan juga sangat beragam dari mulai ukuran kecil, sedang hingga besar seperti Sungai Mahakam, Sungai Kapuas dan juga Sungai Barito yang merupakan nama beberapa sungai terkenal di Kalimantan.
Tidak hanya memiliki banyak sungai, akan tetapi Kalimantan juga memiliki banyak sekali hal unik dalam hal adat istiadat dan juga kebudayaan dari masyarakat Kalimantan. Nilai nilai ini tumbuh dari kebudayaan berbagai suku bangsa yang sudah ada di Pulau Kalimantan sejak lama.
Etnis dari budaya suku Banjar, suku Dayak, suku Kutai, suku Paser, suku Melayu, suku Berau dan juga suku Tidung tidak hanya menjadi suku asli dari Kalimantan namun juga yang berpengaruh pada kebudayaan masyarakat provinsi Kalimantan seperti salah satunya dalam urusan berpakaian. Lalu, apa saja pakaian adat Kalimantan tersebut?, berikut penjelasannya untuk anda.
Isi Artikel
Daftar Nama Pakaian Adat Kalimantan
Pakaian Adat Kalimantan Barat
Wilayah Kalimantan Barat dihuni oleh dua suku terbesar yakni suku Dayak dan juga suku Melayu. Dalam urusan pakaian, kedua suku ini juga memiliki perbedaan yang sangat terlihat. Untuk pakaian adat Kalimantan suku Dayak disebut dengan King Baba dan juga King Bibinge. King baba merupakan pakaian untuk pria, sedangkan king bibinge adalah pakaian untuk wanita.
Pakaian adat Kalimantan Barat king baba dan juga king bibinge terbuat dari material serat kulit kayu yang dihias dengan berbagai pernik serta warna. Pengguna pakaian ini juga akan dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti senjata tradisional dan juga perhiasan seperti kalung, manik manik serta bulu burung enggang untuk penutup kepalanya.
Sementara untuk pakaian Melayu khususnya Melayu Sambas, desain dan juga bahan serta cara memakainya sebetulnya sama dengan pakaian Melayu lainnya. Untuk wanita akan memakai baju kurung, sedangkan untuk laki laki menggunakan baju jas tutup.
Baju Upak Nyamu
Baju upak nyamu merupakan pakaian adat Kalimantan Tengah yang terbuat dari bahan kulit kayu nyamu sama seperti bahan membuat rompi sangkarut. Penggunaan pakaian adat ini juga akan dikombinasikan dengan ewah atau cawat untuk menutupi area kelamin. Yang berbeda dari baju nyamu ini adalah tidak ditambahkan dengan hiasan seperti tempelan atau lukisan. Baju ini hanya berupa rompi polos tanpa menggunakan lengan.
Baju Pawang
Seperti namanya, baju pawang hanya digunakan oleh para dukun atau ulama dalam kepercayaan Kaharingan pada saat sedang berdoa. Dalam kepercayaan asli suku Dayak, dukun dipercaya bisa membantu untuk melindungi seseorang dari roh jahat, mengobati orang sakit dan juga mendatangkan hujan. Pakaian adat Kalimantan Tengah ini serat kayu yang dilengkapi dengan umbai umbaian atau manik manik yang berfungsi sebagai hiasan.
Baju Ta’a
Baju ta’a merupakan pakaian Kalimantan Barat yang khusus dipakai oleh wanita suku Dayak. Pakaian ini terbuat dari kain beludru warna hitam yang dilengkapi juga dengan hiasan manik manik yang dijahit pada baju. Baju ta’a terdiri dari atasan dengan model seperti rompi tanpa lengan, penutup kepala dengan hiasan burung enggang, bawahan rok dengan motif dan warna yang serupa dengan atasan dan aksesoris seperti gelang, manik manik dan juga kalung.
Motif hiasan rompi dan juga rok ta’a sangat kental dengan kombinasi warna terang seperti merah, putih, hijau, biru, merah dan beberapa warna lain yang sangat kontras dengan warna dasar baju. Sementara untuk bagian lengan dan dada ditambahkan dengan rumbai rumbai memakai warna dan motif yang sama.
Perbedaan dari pakaian sapei sapaq dengan ta’a terletak pada motifnya. Untuk motif pakaian adat Kalimantan utara yakni baju ta’a dan juga sapei sapaq sebetulnya dibagi menjadi tiga yakni motif burung enggang, motif tumbuhan dan juga motif harimau atau hewan lain. Baju yang memakai motif burung enggang dan juga harimau biasanya digunakan oleh bangsawan, sementara untuk baju yang memakai motif tumbuhan digunakan oleh rakyat biasa.
Baju Sapei Sapaq
Baju sapei sapaq juga merupakan pakaian adat Kalimantan Utara yang dipakai oleh para pria. Bahan, cara membuat dan juga motif baju adat Kalimantan ini sama seperti baju ta’a. Namun untuk bawahannya sudah diganti dengan celana dalam dan untuk sekarang diganti kembali dengan celana pendek berwarna hitam.
Sebagai pelengkap, pakaian adat ini biasanya akan digunakan bersama dengan senjata tradisional yakni mandau yang diselipkan pada bagian pinggang. Selain itu, ada juga beberapa aksesoris lain yang digunakan seperti kalung dari bahan alam yakni biji bijian, tulang atau taring babi.
Baju Miskat Kutai
Baju miskat yang merupakan pakaian adat Kutai adalah nama pakaian adat Kalimantan Timur. Baju miskat yang sudah sangat populer ini kemudian digunakan sebagai seragam PNS pada provinsi Kalimantan Timur yang akan dikenakan pada beberapa hari tertentu saja. Model baju ini juga terlihat seperti baju Cina berupa atasan bawahan yang panjang, baju kurung dan juga kain batik yang akan dipakai pada bagian pinggang.
Baju Kustim
Selain baju miskat, Kalimantan Timur juga memiliki baju adat lain yakni baju kustim. Pakaian ini akan digunakan oleh mempelai pria dan mempelai wanita suku Kutai. Baju kustim terdiri dari beberapa bagian yakni baju kurung, bawahan, riasan sanggul yang ditambahkan kembang goyang dan juga tali kuantan bagi mempelai pria. Sedangkan untuk mempelai pria akan menggunakan topi berbulu atau disebut juga dengan setorong.
Baju Sakai
Selain memiliki pakaian adat baju miskat dan jua baju kustim, Kalimantan Utara juga memiliki baju adat lain bernama baju sakai. Pakaian adat Kalimantan ini biasanya juga digunakan pada acara upacara pernikahan dalam prosesi bealis. Untuk mempelai wanita akan memakai baju kustim yang terdiri dari kebaya lengan panjang, bawahan tapeh badong, kalung susun tiga, batik celup dan juga sanggul lengkap dengan hiasan bunga melati atau tapak langit, tajok mawar dan juga kembang goyang cabang tiga.
Pakaian Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari
Baamar Galung Pancar Matahari merupakan pakaian adat Kalimantan Selatan yang sangat mewah dari suku Banjar. Pakaian adat ini juga memiliki arti yang sangat bagus yakni bersinar seperti matahari yang terlihat dari kedua mempelai pengantin yang terlihat gemerlap dengan busana dari abad ke-17 tersebut.
Pakaian pengantin Banjar ini terpengaruh dari kebudayaan Hindu serta Jawa ketika agama Islam akan masuk ke Indonesia yang terlihat dari taburan payet berkilau. Selain itu, pakaian ini juga akan dilengkapi dengan kalung kebun raja, cikak, anting beruntai panjang kilat bahu, kalung, gelang kaki, cincin serta selop yang ditambah dengan sulaman benang warna emas. Sementara untuk penghias kepala, pengantin akan memakai roncean bogam sehingga semakin menyempurnakan tampilan kedua mempelai pengantin.